Jumat, 25 Mei 2012

MENCINTAI HABIB

Kata Habib secara bahasa merupakan wazan fa’il dengan makna muhibbun artinya orang yang mencintai, dan bisa juga mahbubun yang berarti orang yang dicintai. Di Indonesia, kata Habib ini digunakan untuk panggilan kepada itroturrasul saw atau anak cucu keturunan Rasulullah saw. Tersebut dalam Kitab Syarah ‘Uqudullujjain fi bayani huquqizzaujain, karya Syeikh Annawawiy AlBantani, sebagai berikut :
Menurut istilah sebagian orang, bahwa anak cucu Rasulullah saw apabila laki-laki disebut Habib, dan jika wanita disebut Habbabah. Sedangkan istilah kebanyakan orang adalah Sayyid dan Sayyidah.
Sudah barang tentu leluhur para Habaib datang ke berbagai penjuru dunia, termasuk juga ke Indonesia, adalah untuk nasyrud da’wah, menyiarkan dakwah. Hal tersebut dapat diketahui dari tarikh masuknya Islam ke berbagai negara di dunia ini, bukan hanya Indonesia.
Habaib yang berada di Indonesia ini, terutama yang kami ketahui di Jabodetabek dan tanah jawa, tiap pribadi mereka mempunyai silsilah keturunan dari : Sayyidina Alfaqihul Muqaddam ra., dari Sayyidina Ahmad Almuhajir ra., dari Sayyidina Ja’far Asshadiq ra., dari Sayyidina Muhammad Al-Baqir ra., dari Sayyidina Ali Zainal ’Abidin ra., dari Sayyidinal Husain ra. dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karromallahu wajhahu dan Sayyidatina Fathimatuzzhra ra., dari junjungan kita Rasulullah saw.
Dewasa ini, para Habaib di Indonesia sudah menjadi warga negara Republik Indonesia, karena mereka telah turun-temurun tinggal di tanah air. Dan mereka juga telah membaur dengan kebudayaan setempat.
Karena demikian membaurnya, terkadang tidak jarang identitas mereka sebagai keturunan Rasulullah saw tidak dikenal khalayak umum lagi. Hal ini terjadi karena sifat tawadhu yang ada pada dzurriyaturrasul saw ini yang tidak mau menonjolkan dirinya dan tidak mau mencari ketenaran yang tidak diperlukan oleh agama.
Selain kata Habib, ada istilah lainnya yang biasa digunakan untuk panggilan kepada anak cucu Rasulullah saw ini. Misalnya kata Sayyid, Sayyidah, Syarief, dan Syarifah. Bahkan ada panggilan keakraban yang ambil dari penggalan kata tersebut, seperti Ayip yang disingkat dari Syarief. Atau Ipah dari kata Syarifah. Atau di Tb dari Tubagus yang diambil dari kata Thoyyib yang berarti baik. Istilah Tb ini biasanya untuk anak cucu keturunan Sulthan Hasanuddin Banten yang juga merupakan keturunan Rasululllah saw.
Alasan mencintai Habaib
Untuk lebih mencintai para Habaib ini, mari kita menelaah firman Allah swt. dalam suratus Syuraa ayat 23, sebagai berikut :
Katakanlah olehmu. Aku tidak minta upah kepadamu dalam menyampaikan risalah ini. Hanya kecintaan kepada kaum kerabatku.
Keterangannya termaktub dalam Tafsirul Munir li ma’alimit tanzil, karya Syekh Nawawi Al bantani, juz ke Il halaman 269, sebagai berikut:
Katakanlah olehmu : Aku tidak minta kepadamu upah karenanya, kecuali cinta terhadap para keluarga.
Artinya . Katakanlah olehmu wahai semulia-mulia makhluk, kepada ahli Makkah Aku tidak minta kepadamu upah sekali-kali atas menyampaikan khabar gembira dan ancaman, tetapi minta kepadamu kecintaan yang menetap pada ahli kerabat. Dan menyintai keluarga Nabi Muhammad itu wajib. Telah berkata Imam Syafi’i ra. Wahai pengendara, berhentilah engkau di tempat melontar Jamroh di Mina.
Dan teriakkanlah terhadap orang yang mendiami masjid Khaif dan yang bangkit daripadanya diwaktu dinihari bila melirnpah Jama’ah Haji ke Mina, laksana limpahan air tawar yang melimpah. Jika yang disebut haluan Rafidhi itu, cinta kepada keluarga Nabi Muhammad. Maka hendaklah jin dan manusia menyaksikan, sesungguhnya aku ini Rafidhi.
Rafidhi adalah satu kelompok daripada Ash-habussyi’ah.
Tersebut pula, dalam Taajuttafsir li kalaami MalikiI Kabir, karya Sayyid Muhammad Utsman Almirghani juz II, Katakanlah terhadap mereka wahai Nabi yang Mulia. Aku tidak meminta kepadamu, (aku tidak menuntut kepadamu, karena menyampaikan risalah dan keikhlasanku sebagai petunjukku bagimu), akan upah (manfaat daripadamu) kecuali kecintaan (ada dibaca mawaddatan) pada para kerabat (Dan bahwasannya kamu sayangi dan cintai kerabatku karena aku).
Dan tatkala turun ayat ini, Beliau ditanya orang : “Ya Rasulullah, siapakah kerabat Tuanku?” Beliau menjawab :”Ali, Fathimah dan anak keduanya.”
Ahlu bait mempunyai keutamaan, di mana selayaknya kita memuliakan mereka. Yang dikehendaki ahli bait di sini adalah mereka yang diharamkan menerima shadaqah wajib. Dan mereka itu menurut Imam kita Syafi’i ra. adalah orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan dari Bani Hasyim dan Bani Muththalib.
Perhatikanlah firman Allah swt pada suratul Ahzaab ayat 33, sebagai berikut:
Hanyasanya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kamu wahai ahli bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. dari Abi Bakr Ash-shiddiq ra. yang mauquf atasnya:
Indahkanlah Nabi Muhammad saw dalam ahli rumahnya. (HR. Albukhari).
Menurut An Nawawi dalam Riyadlush Shalihin :
Makna Indahkanlah adalah peliharalah, hormatilah, dan muliakanlah dia.
Mengenai apakah Habib itu diharamkan masuk neraka, dan pasti masuk surga adalah suatu hal yang amat wajar.
Menurut apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw.:
Karena sesungguhnya Allah mengharamkan neraka atas orang yang mengucapkan Laailaha illallah, yang dikehendakinya dengan kata-kata itu adalah ridhanya Allah swt.
Seorang Habib, adalah anggota keluarga Rasulullah saw. yang patuh dan mengikuti perilaku Rasulullah saw. Menjalankan perintah, menjauhi larangan, melazimkan sunnah, memberikan contoh-contoh yang baik sesuai dengan agama Allah, ikhlas, zuhud, wara’ dan Tawakkal, sesuai dengan janji Allah bahwa mereka inilah penghuni-penghuni surga dan jauh dari api neraka. Seorang yang dianggap keluarga Rasulullah saw. adalah mereka yang Taqwa.
Terbukti Abu Lahab, karena dia tidak beriman, penghalang besar atas perjuangan Rasulullah saw, walaupun paman beliau sendiri, tetapi bukanlah keluarga dan bukanlah Habib.
Perhatikanlah firman Allah swt. dalam Surat Hud ayat 45 – 46, sebagai berikut :
Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata :”Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah yang paling adil di antara semua Hakim”. Allah berfirman : “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya merupakan perbuatan yang tidak baik.”

Jumat, 06 April 2012

keajaiban ANGKA dalam AL QURAN

Al Quran memang sebuah kitab suci yang luar biasa, Kitab Suci yang benar diciptakan oleh Tuhan yang telah menciptakan alam semesta ini, kebenarannya sudah terbukti dari dulu. Salah satu bukti kebenarannya dari sekian banyak bukti kebenaran, yakni keajaiban angka yang terdapat didalam Al Qur’an, tidak percaya? , baca sebuah artikel yang saya tulis dari harian replubika ini….
Proses awal penyusunan Al Qur’an menjadi sebuah  kitab dilakukan pada masa Khalifah Usman RA. Ayat-ayat pada lembaran-lembaran kulit, pelepah daun kurma, tulang, batu tipis, dan lainnya. Kumpulan ayat-ayat ini kemudian dikenal mushaf pertama yang dibukukan. Khalifah Usman  dan sahabatnya hanya membuat lima mushaf Al Qur’an, tidak lebih. Mengapa hanya lima mushaf?

Iskandar AG Soemabrata dalam buku Pesan-Pesan Numerik Al Qur’an terbitan Republika mempunyai alasan tersendiri. Menurut dia, bilangan 5 diambil karena Rasulullah menerima wahyu pertama berupa lima ayat di Gua Hira. Alasan kedua, karena ada lima surat tertentu dalam Al Qur’an yang penjumlahan nomor surat menghasilkan jumlah 114, atau jumlah dari seluruh surat dalam Al Qur’an. Kelima surat itu adalah Al Hijr, Az Zumar, Al Ma’arij, Al Ghaasyiyah, dan Al Maa’uun.
Nama Surat
Nomor Surat
Jumlah Ayat
Nomor Surat ditambah jumlah ayat
Al Hijr Az Zumaar
Al Ma’aarij
Al Ghasyiyah
Al Maa’uun
15
39
70
88
107
99
75
44
26
7
15 + 99 = 114
39 + 75 = 114
70 + 44 = 114
88 + 26 = 114
107 + 7 = 114
Berdasarkan riset  yang dilakukannya sejak tahun 1983, sangat banyak ditemui pesan-pesan numeric dalam Al Qur’an. Hal ini tidak mengherankannya, karena dalam Al Qur’an surat Al Qomar (54) ayat 49  Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”.
Angka-angka, kata dia adalah simbolisasi dari ukuran itu.”Artinya, Al Qur’an memang mengajarkan pada kita untuk selalu belajar dan berkembang”, ujarnya. Ia lalu menyebut surat Al Kahfi (4/10) ayat 25. Dalam surat pertama disebut: Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun lagi. “Mengapa tidak disebut mereka tinggal dalam gua selama 309 tahun? Artinya Allah  mengajarkan kita  untuk berhitung”, ujarnya.
Pakar tafsir Prof. Dr. Nasaruddin Umar juga mengungkapkan, Al Qur’an memiliki kehebatan yang amat luar biasa terutama dalam rumus-rumus angka yang sangat ketat. Nasaruddin mengutip pernyataan Roger Berque, pakar Islam asal Perancis. Dalam bukunya De La Qoran, Roger Berque menyatakan kalau Al Qur’an ditulis  15 baris perhalaman, maka komposisinya akan sama secara simetris. Kalau dipojok kanan atas tertulis kata Allah, maka dipojok kiri bawah akan tertulis pula kata Allah.”Begitu sebaliknya, jika ditengah-tengah halaman itu tertulis sebuah huruf, maka akan muncul huruf yang sama ditengah-tengah halaman selanjutnya”, Ujarnya.
Nazarudin juga mengutip pernyataan Dr. Rashad Khalifa, pakar Islam warga Amerika Serikat keturunan Mesir, kehebatan Al Qur’an bisa dilihat dari angka 19. Ia kemudian menulis rumus 19 yang dapat membagi semua huruf yang ada di Al Qur’an. Angka 19 ini, kata Nasaruddin, bisa dilihat dalam surat Al Muzammil yang terdapat ayat yang berbunyi: alaihi tis-’ata asyar artinya diatasnya ada 19.
“Menurutnya Khalifa, semua huruf Al Qur’an itu bisa dibagi 19. kata alif lam mim sebagai awal surat Al Baqarah bisa dibagi 19. begitu juga jumlah huruf alif, lam, dan mim yang ada pada surat Al Baqarah jika dijumlahkan maka bisa dibagi 19. Ini benar-benar mukjizat Al Qur’an”, tandas Prof Nasaruddin.
Apa dibalik pesan-pesan numeric Al Qur’an itu? Menurut  Iskandar, semua itu membuktikan bahwa Al Qur’an bukan karangan Muhammad SAW. Al Qur’an adalah  penuh mukjizat dan merupakan wahyu dari yang maha kuasa.
Selain itu Al Qur’an juga mengajarkan umat Muhammad  untuk terus berfikir, karena Al Qur’an sendiri sarat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ia menyitir Al Qur’an  surat Luqman ayat 27: “Dan seandainya pohon-pohon dibumi menjadi pena dan laut menjadi tinta, ditambahkan kepadanya tujuh laut sesudah keringnya, niscaya tidak akan habis-habisnya dituliskan kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana”.
“Ayat itu adalah tantangan, kita dituntut untuk terus mengungkapkan kebesaran Al Qur’an”, ujarnya. Disisi lain, kita akan menjadi semakin tunduk dan dekat dengan Allah pencipta alam raya ini.

KONSEP TARBIYAH AKHLAK DALAM AL QURAN

Kisah dan pembahasan sejarah memiliki urgensi tersendiri dalam bidang tarbiyah.
Namun yang menjadi perhatian kita sekarang bukan bagaimana kisah itu disampaikan, tapi bagaimana mengenali metode tarbiyah Al Quran, yang menjadi tujuan utama ditampilkannya kisah dalam Al Quran.
Al Quran memiliki konsep detail tentang metode tarbiyah, yang kami ringkas dalam beberapa poin berikut ini :
Pertama, Al Quran tidak memaparkann kisah kecuali ketika kisah itu memiliki tujuan yang sama dengan apa yang dimiliki oleh Al Quran, agar kisah itu memiliki kaitan yang kuat dengan kontek yang mengharuskan kisah itu dimunculkan, sehingga kisah menunjukkan urgensi dan membawa kepada gerak dan hidup dinamis.
Karena itu kisah dalam Al Quran itu tidak muncul begitu saja dengan paparan kejadian historis, hanya menceritakan kronologi peristiwa belaka, jika yang terjadi seperti itu maka kisah itu akan menjauhkan pembaca kisah dari kontek dan tujuan kisah itu dimunculkan.
Misalnya saja kita membaca kisah Ashabul kahfi :
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آَمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى (13) وَرَبَطْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُونِهِ إِلَهًا لَقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا (14)
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita Ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, Sesungguhnya kami kalau demikian Telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran". (QS. Al Kahfi : 13-14)
Kita lihat ayat ini mulai kisahnya dengan mendeskripsikan ashabul kahfi sbagai kelompok anak muda yang mengisolasi diri mereka dari kaum mereka yang kafir, lalu mereka beriman kepada Allah yang Maha Esa, karena keimanan inilah mereka menjauhi kaum mereka dan berpindah ke puncak gunung yang tinggi dan dalam gua. Siapakah mereka ini, pada masa siapakah mereka hdup, berapa jumlah anak-anak muda itu, siapakah nama-nama mereka ??
Cerita sejarah akan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, namun jika kisah Al Quran menyentuh seluruh sisi cerita seperti buku sejarah, maka kisah itu akan jauh dari tujuan Al Quran, bisa jadi pikiran pembaca akan terpokus paada kronologis sejarah dan terbawa dalam mendalaminya, sehingga lalai dari pelajaran dan nasehat yang menjadi tujuan inti dari kisah Al Quran.
Inilah rahasianya, mengapa Al Quran memaparkan kisah-kisahnya hanya sepotong-sepotong saja, rahasai tersembunyi yang hanya diketahui oleh orang-orang yang merasakan kebutuhan akan kisah Al Quran yang dijelaskan dengan detail dan lengkap, dimana kebutuhann ini tidak muncul kecuali karena sifat kebanyakan manusia yang selalu ingin tahu dan ingin kisah yang panjang. Kalau keinginan ini dipenuhi, maka pikiran mereka lupa pada asal mula kisah dipaparkan dalam Al Quran sebagai sumber hidayah dan tema-tema yang berkaitan dengan hidayah.
Namun ini bukan berarti kisah-kisah yang ada dalam Al Quran miskin sentuhan seni dan hanya potongan kisah yang tidak bermakna. Justru kish-kisah dalam Al Quran kaya akan sentuhan seni yang sempurna, yang berdiri diatas konsep sastra yang sepi dari kekurangan maupun cela. Bahkan sisi sastra dalam kisah Al Quran aadalah di antara mukjizat yang paling menonjol dalam Al Quran.

Tidaklah termasuk dalam syarat baik dan bernilainya sebuah kisah, lengkapnya peristiwa yang dipaparkan, tapi itu tergantung kebutuhan dimana kisah dipaparkan, apabila yang dimaksud adalah untuk mengambil pelajaran, maka dari sisi tarbiyah yang harus dilakukan adalah fokus pada satu sisi cerita, bukan pada keseluruhan sisi cerita sehingga membuat kabur dan jauh dari tujuan kisah itu dipaparkan.
Kedua, menyelipkan nasehat dan pelajaran di tengah cerita.
Konsep tarbiyah yang di terapkan disini bertujuan agar si pembaca kisah tidak menjadi larut dalam bacaannya, menjadi fokus pada cerita dengan seluruh pikiran, setelah lama ia tenggelam kemudian hilanglah pesan utama kisah itu. Inilah ganjalan yang terjadi dalam memfungsikan cerita sebagai sarana pendidikan dan perbaikan moral, karena secara perlahan pembaca akan terjjauhkan dari pesan utama kisah, karena tenggelam dalam detail kronologi dan jalannya kisah, yang memberikan pengaruh besar pada diri si pembaca.
Apabila seorang murabbi maupu menagatasi ganjalan ini, maka ia akan menggunakan gaya bahsa kisah yang bijak, yang tidak menjauhkan pembaca dari makna tarbiyah yang terkandung di dalamnya, kisah pun menjadi sarana paling efektif dalam pendidikan, dan inilah konsep Al Quran dalam memaparkan kisah-kisahnya.
Allah kisahkan kepada kita tentang Nabi Musa dan Harun dalam Al Quran surat Thaha, ketika pembaca tenggelam dalam sub-sub cerita, dan pendengar lalai dari pesan utama dalam cerita, dengan merenungi seluruh cerita dan yang aneh di alamnya, tiba-tiba si pembaca dikagetkan dengan gaya bahasa yang indah di tengah cerita, mengingatkan pendengar kepada pelajara, nasehat dan petunujuk yang menjadi tujuan utama bagi dipaparkannya cerita. Ketika bahasa indah yang mennyela itu memiliki pengaruh yang nyata, maka kisah itu pun mleanjutkan kembali kisahnya dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya.
Marilah kita renungkan lagi salah satu kisah yang dipaparkan oleh Al Quran, kisah tentang Nabi Musa dan Harun As.
قَالَ فَمَنْ رَبُّكُمَا يَا مُوسَى (49) قَالَ رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى (50) قَالَ فَمَا بَالُ الْقُرُونِ الْأُولَى (51) قَالَ عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي فِي كِتَابٍ لَا يَضِلُّ رَبِّي وَلَا يَنْسَى (52)الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا وَسَلَكَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْ نَبَاتٍ شَتَّى (53) كُلُوا وَارْعَوْا أَنْعَامَكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِأُولِي النُّهَى (54) مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى (55) وَلَقَدْ أَرَيْنَاهُ آَيَاتِنَا كُلَّهَا فَكَذَّبَ وَأَبَى (56)
“Berkata Fir'aun: "Maka siapakah Tuhanmu berdua, Hai Musa? Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang Telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, Kemudian memberinya petunjuk. Berkata Fir'aun: "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?" Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab, Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa; Yang Telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang Telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal. Dari bumi (tanah) Itulah kami menjadikan kamu dan kepadanya kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain, Dan Sesungguhnya kami Telah perlihatkan kepadanya (Fir'aun) tanda-tanda kekuasaan kami semuanya Maka ia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran).” (QS. Thaha : 49-56)
Perhatikan bagaimana Al Quran memotong kisahnya, agar terlihat dengan cerdas dan bijak masalah penting dibalik berpindahnya dialog antara firaun dan Nabi Musa, kepada dialog Allah dengan hamba-Nya, yang memperlihatkan nikmatnya yang besar dan peringatan akan balasan buruk atas keburukan, juga betapa keras dann dahsyatnya siksa Allah, sehingga kisah ini sarat dengan nuansa hidayah dan petunjuk, kemudian pendengar dialihkan kembali setelah itu, kepada tujuan besar kisah itu dipaparkan paada awalnya, hal itu kita lihat dari firman-Nya :
وَلَقَدْ أَرَيْنَاهُ آَيَاتِنَا كُلَّهَا فَكَذَّبَ وَأَبَى
“Dan Sesungguhnya kami Telah perlihatkan kepadanya (Fir'aun) tanda-tanda kekuasaan kami semuanya Maka ia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran).” (QS. Thaha : 56)
Renungkan konsep tarbiyah seperti ini juga dalam kisah Ashabul Kahfi, bagaimana Al Quran dengan gaya bahasa tarbiyahnya yang penuh mukjizat pada awal kisah, dengan menyuratkan pelajaran sekilas yang mampu menggugah hati dari kelalaian, lalu Al Quran selipkan nasehat dengan gaya bahasa yang indah dan menarik, lalu setelah itu kembali kepada jalannya kisah.
Allah swt berfirman :
سَيَقُولُونَ ثَلَاثَةٌ رَابِعُهُمْ كَلْبُهُمْ وَيَقُولُونَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًا بِالْغَيْبِ وَيَقُولُونَ سَبْعَةٌ وَثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ مَا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا قَلِيلٌ فَلَا تُمَارِ فِيهِمْ إِلَّا مِرَاءً ظَاهِرًا وَلَا تَسْتَفْتِ فِيهِمْ مِنْهُمْ أَحَدًا (22) وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا (23) إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَى أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَذَا رَشَدًا (24) وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلَاثَ مِئَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا (25)
“Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya". Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit". Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka. Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya Aku akan mengerjakan Ini besok pagi, Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini". Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).” (QS. Al Kahfi : 22-25)
Kita baca surat Yusuf as yang mengkisahkan yusuf bersama saudara-saudaranya serta pembesar Mesir, sebuah kisah yang panjang, yang disusun untuk mengukuhkan kebenaran Al Quran sebagai firman Allah dan Rasulullah saw tidak berperan dalam penysusunannya, kita melihat banyak ayat yang memotong kisah-kisah itu, agar pembaca selalu sadar kembali pada pelajaran dan nasehat yang aada di dalam kisah, setelah ia tenggelam dalam lautan kisah yang mengasyikkan dan melenakan, lihat firman Allah swt ;

يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (39) مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآَبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (40)
“ Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali Hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. dia Telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Yusuf : 39-40)
Lihatlah kembali firman Allah swt :
قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ (55) وَكَذَلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِي الْأَرْضِ يَتَبَوَّأُ مِنْهَا حَيْثُ يَشَاءُ نُصِيبُ بِرَحْمَتِنَا مَنْ نَشَاءُ وَلَا نُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ (56) وَلَأَجْرُ الْآَخِرَةِ خَيْرٌ لِلَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (57) وَجَاءَ إِخْوَةُ يُوسُفَ فَدَخَلُوا عَلَيْهِ فَعَرَفَهُمْ وَهُمْ لَهُ مُنْكِرُونَ (58)
“Berkata Yusuf: "Jadikanlah Aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya Aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan". Dan Demikianlah kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (Dia berkuasa penuh) pergi menuju kemana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. kami melimpahkan rahmat kami kepada siapa yang kami kehendaki dan kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Dan Sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik, bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa. Dan Saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir} lalu mereka masuk ke (tempat) nya. Maka Yusuf mengenal mereka, sedang mereka tidak kenal (lagi) kepadanya.” .(QS. Yusuf : 55-58)
Sesungguhnya bahasa cerita yang dibalut dengan ruh ibrah dan mauidhah, dan diwarnai oleh kata-kata dan ungkapan petunjuk dari pengkisah kepada pendengar maupun pembaca, tanpa merusak, merancukan dan menghilangkan nilai seni kisah tersebut adalah metode tarbiyah yang berhasil, yang tidak kita dapatkan kecuali dalam kitab Allah swt.
Betapa banyak kita lihat kisah-kisah yang dibalut dengan bahasa pendidikan dan arahan, disebarkan kpada kebanyakan manusia dengan bahasa pengajaran dan penyadaran, namun seringkali kisah ini tidak memberikan hasil yang menggembirakan, karena pesan kisah dengan kronologi peristiwa-peristiwa yang ada di dalamnya mengalahkan makna ibrah dan arahan yang imaksud, para pembaca dan pendengar lebih bisa menikmati kronologi cerita dan peristiwa yang ada dalam kisah dan melalaikan ibrah ataupun intisari dari cerita.
Namun perlu kita ketahui, model pendidikan seperti ini tidak hanya kita lihat dalam kisah Al Quran saja, namun juga tema-tema lain yang disentuhh oleh Al Quran, Al Quran tidak akan membuat pembaca tenggelam dalam satu tema bahasan baikk itu hukum fiqh, aqidah, berita tentang yang ghaib, ataupun cerita tentang gambaran hari kiamat. Semua tema bahasan ini diredaksikan dengan bahasa arahan dan petunjuk, dan maksud Al Quran diturunkan akan menjadi nyata dan jelas dalam setiap tema bahasan tersebut, agar hati kita tidak lalai dari tujuan utama ini sekalipunn kita telah terbawa ke dalam pembahasan detail tema-tema yang kita lakukan.
Perhatikanlah firman Allah swt :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (185) وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ (186) أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ
“Maka barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu.” (QS. Al Baqarah : 185-187)
Kita melihat dalam ayat ini, bagaimana Allah swt menyelipkan ayat ini di antara ayat puasa dan hukum-hukum yang terkait dengannya, untuk mengikat hati manusia kepada inti ibadah kepada Allah, dan kepada prinsip dasar yang menjadi pokok dari cabang hukum-hukum detail yang bernaung di bawahnya.
Kita melihat juga dalam surat An Nisa, hukum washiyat, nikah, warisann dan lainnya ayat mauidhah dan isrsyad akan selalu terselipkan di dalamnya, bahkan gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa nasehat, bukan gaya bahasa ilmiah yang kaku.
Adalah sangat ironi, ketika kita menyaksikan sebagian para penggagas ilmu tarbiyah yang berwawasan luas, melupakan konsep tarbiyah Al Quran ini yang seharusnya mereka ketahui, kalau memang mereka termasuk orang-orang yang memilki peran besar dalam mengarahkan dan mengembangkan wawasan masayrakatnya, bahkan mereka malah sibuk melakukan kritik terhadap konsep tarbiyah Al Quran iini, dengan mengatakan : “Mengapa pembahasan Al Quran sangat rancu, tidak terstruktur dengan baik dalam pasal dan bab seperti buku-buku dan karangan yang lain ?”
Kita bertanya : “Apakah pengaruh tarbiyah dan nasehat yang kami bicarakan akan ada, seandainya kitab Al Quran ini tersusun seperti yang kalian inginkan, ada bab aqidah dengan dalil-dalilnya, ada bab hukum dan muamalat, ada bab kisah dan sejarah dan begitu seterusnya....?”
Setiap orang yang mendatangi Al Qurann dengan hanya memfokuskan pada bab hukum saja misalnya, maka ia akan lupa kepada Al Quran dan tujuan besarnya, kecuali pemabahasan hukum yang kering kerontang yang mengenyangkan pemahaman akal pemikiran semata, sebagaiman yang dilakukan oleh para ahli fiqqih, ketika mereka membahas masalah gadai misalnya, maka mereka akan lupakan Allah dan juga tujuan besar dibalik ilmu fiqih tersebut, bisa jadi para ahli fiqih itu jauh dari Allah pada saat itu, melebihi jauhnya orang-orang yang berdzikir di tengah keramaian pasar dan sentra bisnis.
Orang-orang yang mendatangi Al Quran dari sisi kisah dan sejarahnya, maka ia akan melupakan Al Quran, dirinnya dan tanggung jawabnya, karena ia telah tersedot perhatiannya pada bacaan dan yang ia dengar, yang berisi kronologi peristiwa dan kejadian-kejadian yang asing, dan tenggelam di dalamnya.
Al Quran dengan kissah, hukum, aqidah dan pembahasan-pembahasan lainnya tidaklah diturunkan kecuali karena satu tujuan, yakni agar manusia menjadi hamba Allah swt, dengan ketaatann maupun usaha, sebagaimana Allah ciptakan manusia dengan kekuasaan dan hak prerogratifnya. Tujuan besar ini tidak akan tercapai kecuali jika pembahasan-pembahasan di atas saling berkaitan dan saling melengkapi, dalam kendali semangat nasehat dan arahan.
Kalau kita renungkan lebih dalam, musibah ilmu pengetahuan dan segala wawasan yang diterima oleh anak kita di bangku sekolah mereka, ilmu dan wawasan mereka tidak membawa mereka kepada ketinggian dan kemuliaan pendidikan, sekalipun tujuan pertama dari pengembangan ilmu dan wawasan pengetahuan itu adalah demi pendidikan.
Tidak ada solusi yang mampu memecahkan masalah ini, selain dengan mengkoreksi penyusunan aneka ilmu pengetahuan dan wawasan itu, dan dituilis ulang dengan konsep Quraniy sebagaiamana yang telah kami paparkan di muka, sehingga ada semangat pendidikan dan perbaikan akhlak di dalamnya. Dengan konsep seperti ini maka ilmu pengetahuan dan wawasan keilmuan semuanya bersatu dan bertemu dalam tujuan pokok pendidikan yang menjadi tujuan awal dari pengajaran ilmu pengetahuan dan wawasan itu sendiri.

rahasia KITAB LAUHUL MAHFUDZ

Sejauh ini, kita telah menyaksikan kesimpulan ilmu pengetahuan tentang alam semesta dan asal-usul makhluk hidup. Kesimpulan ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta dan kehidupan itu sendiri diciptakan dengan menggunakan cetak biru informasi yang telah ada sebelumnya.

Kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan modern ini sungguh sangat bersesuaian dengan fakta tersembunyi yang tercantum dalam Alquran sekitar 14 abad yang lalu. Dalam Alquran, Kitab yang diturunkan kepada manusia sebagai Petunjuk, Allah menyatakan bahwa Lauhul Mahfuzh (Kitab yang terpelihara) telah ada sebelum penciptaan jagat raya. Selain itu, Lauhul Mahfuzh juga berisi informasi yang menjelaskan seluruh penciptaan dan peristiwa di alam semesta.

Lauhul Mahfuzh berarti “terpelihara” (mahfuzh), jadi segala sesuatu yang tertulis di dalamnya tidak berubah atau rusak. Dalam Alquran, ini disebut sebagai “Ummul Kitaab” (Induk Kitab), “Kitaabun Hafiidz” (Kitab Yang Memelihara atau Mencatat), “Kitaabun Maknuun” (Kitab Yang Terpelihara) atau sebagai Kitab saja. Lauhul Mahfuzh juga disebut sebagai Kitaabun Min Qabli (Kitab Ketetapan) karena mengisahkan tentang berbagai peristiwa yang akan dialami umat manusia.

Dalam banyak ayat, Allah menyatakan tentang sifat-sifat Lauhul Mahfuzh. Sifat yang pertama adalah bahwa tidak ada yang tertinggal atau terlupakan dari kitab ini:

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kcuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daupun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh). (QS. Al An'aam, 6:59)

Sebuah ayat menyatakan bahwa seluruh kehidupan di dunia ini tercatat dalam Lauhul Mahfuzh:

Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (QS. Al An'aam, 6:38)

Di ayat yang lain, dinyatakan bahwa “di bumi ataupun di langit”, di keseluruhan alam semesta, semua makhluk dan benda, termasuk benda sebesar zarrah (atom) sekalipun, diketahui oleh Allah dan tercatat dalam Lauhul Mahfuzh:

Kami tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Alquran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun seeasr zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebi besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh). (QS. Yunus, 10:61)

Segala informasi tentang umat manusia ada dalam Lauhul Mahfuzh, dan ini meliputi kode genetis dari semua manusia dan nasib mereka:

(Mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir: “Ini adalah suatu yang amat ajaib”. Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi)?, itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka, dan pada sisi Kamipun ada kitab yang memelihara (mencatat). (QS. Qaaf, 50:2-4)

Ayat berikut ini menyatakan bahwa kalimat Allah di dalam Lauhul Mahfuzh tidak akan ada habisnya, dan hal ini dijelaskan melalui perumpamaan:

Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Luqman, 31:27)

Fakta-fakta yang telah kami paparkan dalam tulisan ini membuktikan sekali lagi bahwa berbagai penemuan ilmiah modern menegaskan apa yang diajarkan agama kepada umat manusia. Keyakinan buta kaum materialis yang telah dipaksakan ke dalam ilmu pengetahuan ternyata malah ditolak oleh ilmu pengetahuan itu sendiri.

Sejumlah kesimpulan ilmu pengetahuan modern tentang “informasi” berperan untuk membuktikan secara obyektif siapakah yang benar dalam perseteruan yang telah berlangsung selama ribuan tahun. Perselisihan ini telah terjadi antara paham materialis dan agama.
Pemikiran materialis menyatakan bahwa materi tidak memiliki permulaan dan tidak ada sesuatu pun yang ada sebelum materi. Sebaliknya, agama menyatakan bahwa Tuhan ada sebelum keberadaan materi, dan bahwa materi diciptakan dan diatur berdasarkan ilmu Allah yang tak terbatas.

Fakta bahwa kebenaran ini, yang telah diajarkan oleh agama-agama wahyu – seperti Yahudi, Nasrani dan Islam – sejak permulaan sejarah, telah dibuktikan oleh berbagai penemuan ilmiah, merupakan petunjuk bagi masa berakhirnya atheis yang sebentar lagi tiba. Umat manusia semakin mendekat pada pemahaman bahwa Allah benar-benar ada dan Dialah yang “Maha Mengetahui.” Hal ini sebagaimana pernyataan Alquran kepada umat manusia dalam ayat berikut:

Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauhul Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah. (QS. Al Hajj, 22:70)

KEAJAIBAN AL QURAN

"Dan Kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup." (Q.S. Al Anbiya:30)


Dalam kitab-kitab tafsir klasik, ayat tadi diartikan bahwa tanpa air semua akan mati kehausan. Tetapi di Jepang, Dr. Masaru Em oto dari Universitas Yokohama dengan tekun melakukan penelitian tentang perilaku air.

Air murni dari mata air di Pulau Honshu didoakan secara agama Shinto, lalu didinginkan sampai -5oC di laboratorium, lantas difoto dengan mikroskop elektron dengan kamera kecepatan tinggi. Ternyata molekul air membentuk kristal segi enam yang indah. Percobaan diulangi dengan membacakan kata, "Arigato (terima kasih dalam bahasa Jepang)" di depan botol air tadi. Kristal kembali membentuk sangat indah. Lalu dicoba dengan menghadapkan tulisan huruf Jepang, "Arigato". Kristal membentuk dengan keindahan yang sama. Selanjutnya ditunjukkan kata "setan", kristal berbentuk buruk. Diputarkan musik Symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga. Ketika musik heavy metal diperdengarkan, kristal hancur.

Ketika 500 orang berkonsentrasi memusatkan pesan "peace" di depan sebotol air, kristal air tadi mengembang bercabang-cabang dengan indahnya. Dan ketika dicoba dibacakan doa Islam, kristal bersegi enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan. Subhanallah.

Dr. Emoto akhirnya berkeliling dunia melakukan percobaan dengan air di Swiss, Berlin, Prancis, Palestina, dan ia kemudian diundang ke Markas Besar PBB di New York untuk mempresentasikan temuannya pada bulan Maret 2005 lalu. Ternyata air bisa "mendengar" kata-kata, bisa "membaca" tulisan, dan bisa "mengerti" pesan. Dalam bukunya The Hidden Message in Water, Dr. Masaru Emoto menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam pesan, seperti pita magnetik atau compact disk.

Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak di air. Air bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul air yang lain. Barangkali temuan ini bisa menjelaskan, kenapa air putih yang didoakan bisa menyembuhkan si sakit. Dulu ini kita anggap musyrik, atau paling sedikit kita anggap sekadar sugesti, tetapi ternyata molekul air itu menangkap pesan doa kesembuhan, menyimpannya, lalu vibrasinya merambat kepada molekul air lain yang ada di tubuh si sakit.

Tubuh manusia memang 75% terdiri atas air. Otak 74,5% air. Darah 82% air. Tulang yang keras pun mengandung 22% air. Air putih galon di rumah, bisa setiap hari didoakan dengan khusyu kepada Allah, agar anak yang meminumnya saleh, sehat, dan cerdas, dan agar suami yang meminum tetap setia. Air tadi akan berproses di tubuh meneruskan pesan kepada air di otak dan pembuluh darah. Dengan izin Allah, pesan tadi akan dilaksanakan tubuh tanpa kita sadari. Bila air minum di suatu kota didoakan dengan serius untuk kesalehan, insya Allah semua penduduk yang meminumnya akan menjadi baik dan tidak beringas.

Rasulullah saw. bersabda, "Zamzam lima syuriba lahu", "Air zamzam akan melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya". Barangsiapa minum supaya kenyang, dia akan kenyang. Barangsiapa minum untuk menyembuhkan sakit, dia akan sembuh. Subhanallah ... Pantaslah air zamzam begitu berkhasiat karena dia menyimpan pesan doa jutaan manusia selama ribuan tahun sejak Nabi Ibrahim a.s.

Bila kita renungkan berpuluh ayat Al Quran tentang air, kita akan tersentak bahwa Allah rupanya selalu menarik perhatian kita kepada air.

Bahwa air tidak sekadar benda mati. Dia menyimpan kekuatan, daya rekam, daya penyembuh, dan sifat-sifat aneh lagi yang menunggu disingkap manusia. Islam adalah agama yang paling melekat dengan air. Shalat wajib perlu air wudlu 5 kali sehari. Habis bercampur, suami istri wajib mandi. Mati pun wajib dimandikan. Tidak ada agama lain yang menyuruh memandikan jenazah, malahan ada yang dibakar. Tetapi kita belum melakukan zikir air. Kita masih perlakukan air tanpa respek. Kita buang secara mubazir, bahkan kita cemari. Astaghfirullah.

Seorang ilmuwan Jepang telah merintis. Ilmuwan muslim harus melanjutkan kajian kehidupan ini berdasarkan Al Quran dan hadis.

Wallahu a'lam ..

SESAT menurut ISLAM

Kata “Sesat” di dalam Al-Qur’an  berasal dari akar kata “Dhalalah”. Kata  Dhalalah dengan segala bentuk katanya di dalam Al-Qu’an disebutkan kurang-lebih 193 kali. Bermacam-macam sifat dan prilaku manusia oleh Al-Qur’an dinyatakan sebagai orang-orang yang sesat, antara lain:
1. Orang-orang kafir dalam segala bentuknya, harbi atau dzimmi.
2. Orang-orang musyrik dalam segala tingkatannya.
3. Orang-orang munafik dalam segala bentuknya.
4. Orang-orang zalim dalam tingkatan dan bentuknya, terhadap orang lain atau dirinya sendiri.
5. Orang-orang yang berbuat dosa dan maksiat, dalam segala tingkatannya.
6. Orang-orang yang suka hidup mewah dan berlebihan.
7. Orang-orang yang tidak peduli terhadap kebenaran.
8. Sifat-sifat dan prilaku lain yang tidak disukai oleh Allah swt.
 Orang yang berlebihan dan peragu, Allah swt berfirman:
“Demikian Allah menyesatkan orang-orang yang berlebihan dan ragu-ragu.” (Al-Mu’min: 34)
Orang-orang yang berdosa digolongkan pada mereka yang menzalimi diri sendiri. Allah swt berfirman: “Sekiranya mereka ketika menzalimi diri mereka datang kepadamu (Muhammad), lalu mereka memohon ampun kepada Allah dan Rasulpun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka dapati Allah Maha Menerima taubat dan Maha Menyayangi.” An-Nisa’: 64)
Tentang mereka yang tidak peduli terhadap kebenaran:
“Mereka punya hati tapi tidak paham tentangnya, mereka punya mata tapi tidak melihatnya, mereka punya pendengaran tapi tidak mendengarnya, mereka itu seperti binatang bahkan lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Al-A’raf: 179).
Tentang orang-orang yang zalim, Allah swt berfirman:
“Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah melakukan apa yang dikehendaki-Nya.” (Ibrahim: 27)
“Mereka telah menyesatkan orang banyak, dan janganlah Engkau tambahkan pada orang-orang yang zalim itu kecuali kesesatan.” (Nuh: 24)
Tentang orang-orang zalim yang paling bahaya
“Tunjuki kami ke jalan yang lurus, jalan orang-orang yang Engkau karuniai nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan juga (jalan) mereka yang sesat.” Al-Fatihah: 6-7). Dalam banyak hadis disebutkan bahwa yang dimaksudkan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat adalah Yahudi dan Nashrani. Dalam kontek sekarang, menurut pemahaman saya adalah Amerika dan Zionis. Dan ayat ini kita baca setiap hari dalam shalat-shalat kita.
Itulah sebagian dari sifat dan prilaku manusia yang disesatkan oleh Al-Qur’an. Jika Anda ingin mengetahui lebih detail, bukalah Mu’jam Al-Qur’an, dan cari kata “Dhalla”.
Jika sifat dan prilaku itu yang disesatkan oleh Al-Qu’an, bukankah kita termasuk orang yang sesat? Dan  hampir semua manusia disesatkan oleh Al-Qu’an, kecuali para kekasih Allah swt yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Siapakah di antara kita yang merasa tidak berdosa? Yang tahu dirinya sendirinya, itu kalau dosa pribadi. Tapi, jika dosa-dosa itu menyengsarakan kehidupan orang banyak, baik yang sudah dipublikasikan oleh media maupun yang belum, tentu dosa itu adalah dosa yang lebih besar bahkan paling besar dan paling dimurkai oleh Allah swt.
Jika kita termasuk orang-orang yang melakukan dosa-dosa yang menyengsarakan ratusan juta manusia, yang di dalamnya kebanyakan rakyat kecil dan orang-orang lemah, yang dicintai oleh Rasulullah saw, tentunya kita sadar diri. Jika itu prilaku kita sehari-hari, mengapa kita meriakkan kesesatan orang lain? Bahkan dipublikasikan. Padahal kalau kita lihat dari dampaknya secara kwalitas dan kwantitas, prilaku kita lebih sesat dari orang yang disesatkan.
Kita sering menyesatkan orang lain hanya karena beda paham dan pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadits. Beda mazhab dan golongan. Semua mazhab dalam Islam menjadikan Al-Qur’an dan hadis sebagai rujukan utama. Baik itu mazhab akidah, Ahlussunah atau Syiah, Wahabi atau Khawarij, Mu’tazilah atau Murji’ah, Salafi atau yang lain. Maupun mazahab Fiqih, Syafi’i atau Maliki, Hambali atau Hanafi, atau mazhab-mazhab baru lainnya yang tidak mengatasnamakan mazhab. Mereka semua merujuk pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Mengapa kita harus saling menyesatkan hanya karena beda paham dan pemahaman.
Jika ini yang terjadi dalam tubuh ummat Islam, sampai kapan pun tujuan utama Islam tidak akan tercapai, bahkan akan dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam dan ummatnya. Bisa jadi sudah dimanfaatkan? Yang berjuang jangan menyombongkan diri dan menyesatkan orang lain,  karena itu bukan ridha Allah swt yang akan didapatkan, tetapi sebaiknya murka Allah dan Rasul-Nya. Na’udzubillah min dzalik.
Marilah kita hentikan sikap sesat-menyesatkan, malu pada diri sendiri, malu kepada Allah dan Rasul-Nya. Kalaupun ada sekelompok saudara kita seperti Al-Qiyadah Al-Islamiyah, kita ajak dialog dari hati ke hati, kita anggap keluarga besar kita, kesulitan mereka kesulitan kita, kesengsaraan mereka kesengsaraan kita, dan kebahagiaan mereka kebahagian kita bersama. Bukankah kesuksesan missi Rasulullah saw  dengan cara ini, dan beliau menyampaikannya dengan mau’izhan dan hikmah.
Teristimewa bagi MUI dan Pejabat Negara. Bukankah MUI sebagai orang tua kita dalam missi Rasulullah saw, dan Pejabat Negara sebagai orang tua kita dalam missi Ketuhanan? Jika antara orang tua dan anak saling mencaki-maki, sesat menyesatkan. Apa jadinya negeri ini? Musibah ke musibah yang lain belum teratasi di negeri ini, ditambah lagi caci-maki dan saling menyesatkan antara anak dan orang tua. Saya khawatir musibah di negeri ini bukannya teratasi, bahkan diperbesar oleh Allah swt karena akibat prilaku dan perbuatan kita. Hal ini sudah terjadi di zaman terdahulu dan dilestarikan di dalam Al-Qur’an, seperti kaum negeri Saba’.
Wahai Bapak-bapak kami, di pundakmu beban yang berat, yang pasti dimintai pertangan jawab di hadapan Allah dan Rasul-Nya. Kami semua anak-anakmu kelak pasti  menyaksikanmu dan menjadi saksi di Mahkamah Ilahi. Betapa malunya kita di hadapan Mahkamah Ilahi saat Allah swt membuka semua aib dan dosa kita yang tak terampuni. Saat itu jelas kita mempermalukan Rasulullah saw di hadapan Allah dan para Malaikat-Nya, Nabi-nabi terdahulu dan ummatnya. Marilah kita renungkan bersama prilaku kita, renungkan sikap dan prilaku kita menjelang tidur sebagai lambang kematian.
Wahai saudara-saudaraku, hentikan segera sikap saling menyesatkan di antara kita, hanya karena beda paham dan pandangan. Biarlah sikap “Menyesatkan” itu hak prerogatif Allah dan Rasul-Nya, bukan hak kita. Al-Qur’an dan Al-Hadits bagaikan samudra ilmu, yang akan mengalir ke dalam pikiran dan hati kita jernih dan bersih. Mari kita kaji Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan pikiran yang jernih dan hati yang bersih. Semoga Allah swt mengalirkan mata air kecemerlangan ke dalam kehidupan kita, agar negeri ini segera mendapat perlindungan Allah swt dari segala musibah yang kita takutkan, dan petolongan-Nya dari segala kesulitan ekonomi. Amin Ya Rabbal ‘alamin.
Wahai saudaraku, mari kita baca munajat yang diajarkan oleh Rasulullah saw kepada keluarganya, dan dikumandangkan oleh cucunya Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) di zamannya, zaman kezaliman, berikut ini munajatnya:
 Ya Allah, sungguh kezaliman hamba-hamba-Mu telah tegak di negeri-Mu, sehingga keadilan dimatikan, jalan-jalan diputuskan kebenaran dihapuskan, kejujuran disia-siakan kebajikan disembunyikan, keburukan ditampakkan ketakwaan direndahkan, petunjuk dihilangkan kebaikan dimusnahkan, keburukan ditegakkan kerusakan dikembangkan, kekufuran dikuatkan kezaliman dipenuhi, perubahan dimusuhi Ya Allah, Tuhanku Tidak ada yang dapat melepaskan kami dari semuanya kecuali kekuasaan-Mu Tidak ada yang dapat melindungi kami dari semuanya kecuali anugrah-Mu Ya Allah, maka hancurkan kezaliman. Putuskan belenggu penindasan. Hancurkan pusat kemungkaran. Muliakan orang yang menghindari kezaliman. Cabikkan akar-akar para pelaku kesewenang-wenangan. Tutupkan kepada mereka kekurangan setelah mereka berlebihan. Ya Allah, segerakan kepada mereka kebinasaan. Porak-porandakan mereka dengan perpecahan. Turunkan kepada mereka hukuman. Ambil nyawa kemungkaran. Sehingga tenanglah orang yang ketakutan. Tenteramlah orang yang kesulitan. Kenyanglah orang yang lapar. Dipelihara orang yang terlantar. Dilindungi orang yang terusir. Dikembalikan orang yang terbuang. Supaya orang fakir dikayakan. Orang yang meminta perlindungan dilindungi. Orang besar dihormati, orang kecil disayangi. Orang teraniaya dimuliakan, orang zalim dihinakan. Orang kesusahan dibahagiakan. Supaya lepaslah segala derita, dan hilanglah segala nistapa Matilah pertikaian dan hiduplah kasih sayang Pengetahuan menjulang tinggi dan perdamaian menyebar luas Perpecahan disatukan dan ketenangan dikokohkan Iman dikuatkan dan Al-Qur’an dibacakan Sungguh, Engkaulah Maha Pembalas, Pemberi nikmat, Penabur karunia. (Manhaj Ad-Da’awat: 263)

AKIBAT MAKSIAT

1. Janganlah memandang kecil kesalahan tetapi pandanglah kepada siapa yg kamu durhakai.
2. Perbuatan dosa mengakibatkan sial terhadap orang yg bukan pelakunya. Kalau dia mencelanya maka bisa terkena ujian . Kalau menggunjingnya dia berdosa dan kalau dia menyetujuinya maka seolah-olah dia ikut melakukannya. {HR.
Ad-Dailami}
3. Demi yg jiwaku dalam genggamanNya. Tiada dua orang saling mengasihi lalu bertengkar dan berpisah kecuali krn akibat dosa yg dilakukan oleh salah seorang dari keduanya.
4. Celaka orang yg banyak zikrullah dgn lidahnya tapi bermaksiat terhadap Allah dgn perbuatannya.
5. Barangsiapa mencari pujian manusia dgn bermaksiat terhadap Allah maka orang-orang yg memujinya akan berbalik mencelanya.
6. Tiada sesuatu yg dapat menolak takdir kecuali doa dan tiada yg dapat menambah umur kecuali amal kebajikan. Sesungguhnya seorang diharamkan rezeki baginya disebabkan dosa yg diperbuatnya.
7. Tiada seorang hamba ditimpa musibah baik di atasnya maupun di bawahnya melainkan sebagai akibat dosanya. Sebenarnya Allah telah memaafkan banyak dosa-dosanya. Lalu Rasulullah membacakan ayat 30 dari surat Asy Syuura yg berbunyi : Dan apa saja musibah yg menimpa kamu maka adl disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian besar {dari kesalahan-kesalahanmu}.
8. Apabila suatu kesalahan diperbuat di muka bumi maka orang yg melihatnya dan tidak menyukainya seolah-olah tidak hadir di tempat dan orang yg tidak melihat terjadinya perbuatan tersebut tapi rela maka seolah-olah dia melihatnya. {HR.
Abu Dawud}
9. Barangsiapa meninggalkan maksiat terhadap Allah krn takut kepada Allah maka ia akan memperoleh keridhoan Allah.
10. Jangan mengkafirkan orang yg shalat krn perbuatan dosanya meskipun mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa.
11. Jangan menyiksa dgn siksaan Allah . {HR.
Tirmidzi dan Al-Baihaqi}
1
2. Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang maka dipercepat tindakan hukuman atas dosanya dan jika Allah menghendaki bagi hambanya keburukan maka disimpan dosanya sampai dia harus menebusnya pada hari kiamat.
1
3. Apabila kamu menyaksikan pemberian Allah dari materi dunia atas perbuatan dosa menurut kehendakNya maka sesungguhnya itu adl uluran waktu dan penangguhan tempo belaka. Kemudian Rasulullah Saw membaca firman Allah Swt dalam surat Al An’am ayat 44 : Maka tatkala mereka melupakan peringatan yg telah diberikan kepada mereka Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan utk mereka sehingga apabila mereka bergembira dgn apa yg telah diberikan kepada mereka Kami siksa mereka dgn sekonyong-konyong maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.
1
4. Sayyidina Ali Ra berkata: Rasulullah menyuruh kami bila berjumpa dgn ahli maksiat agar kami berwajah masam.
1
5. Bagaimana kamu apabila dilanda lima perkara? Kalau aku aku berlindung kepada Allah agar tidak menimpa kamu atau kamu mengalaminya. Jika perbuatan mesum dalam suatu kaum sudah dilakukan terang-terangan maka akan timbul wabah dan penyakit-penyakit yg belum pernah menimpa orang-orang terdahulu. Jika suatu kaum menolak mengeluarkan zakat maka Allah akan menghentikan turunnya hujan. Kalau bukan krn binatang-binatang ternak tentu hujan tidak akan diturunkan sama sekali. Jika suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan maka Allah akan menimpakan paceklik beberapa waktu kesulitan pangan dan kezaliman penguasa. Jika penguasa-penguasa mereka melaksanakan hukum yg bukan dari Allah maka Allah akan menguasakan musuh-musuh mereka utk memerintah dan merampas harta kekayaan mereka. Jika mereka menyia-nyiakan Kitabullah dan sunah Nabi maka Allah menjadikan permusuhan di antara mereka. {HR. Ahmad dan Ibnu Majah}
1
6. Tiada seorang berzina selagi dia mukmin tiada seorang mencuri selagi dia mukmin dan tiada seorang minum khamar pada saat minum dia mukmin.
Penjelasan: Ketika seorang berzina mencuri dan minum khamar maka pada saat itu dia bukan seorang mukmin.
1
7. Aku beritahukan yang terbesar dari dosa-dosa besar. {Rasulullah Saw mengulangnya hingga tiga kali}. Pertama mempersekutukan Allah. Kedua durhaka terhadap orang tua dan ketiga bersaksi palsu atau berucap palsu. {Ketika itu beliau sedang berbaring kemudian duduk dan mengulangi ucapannya tiga kali sedang kami mengharap beliau berhenti mengucapkannya}.
1
8. Rasulullah Saw melaknat orang yg mengambil riba yg menjalani riba dan kedua orang saksi mereka. Beliau bersabda: Mereka semua sama .
1
9. Ada empat kelompok orang yg pada pagi dan petang hari dimurkai Allah. Para sahabat lalu bertanya Siapakah mereka itu ya Rasulullah? Beliau lalu menjawab Laki-laki yang menyerupai perempuan perempuan yg menyerupai laki-laki orang yg menyetubuhi hewan dan orang-orang yg homoseks.
20. Tiap minuman yg memabukkan adl haram .
21. Allah menyukai keringanan-keringanan perintahNya dilaksanakan sebagaimana Dia membenci dilanggarnya laranganNya.
2
2. Ada tiga jenis orang yg diharamkan Allah masuk surga yaitu pemabuk berat pendurhaka terhadap kedua orang tua dan orang yg merelakan kejahatan berlaku dalam keluarganya {artinya merelakan isteri atau anak perempuannya berbuat serong atau zina}.
Sumber: 1100 Hadits Terpilih - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press

perbuatan yang DIMURKAI ALLAH

Mendapatkan cinta Allah adalah keinginan semua hamba yang ingin mendekatkan diri kepada-Nya. Namun, mana mungkin kita mendapatkan cinta Allah bila kita membuat-Nya murka? Untuk itu, tentunya kita perlu mengetahui hal-hal apa saja yang membuat Allah murka. Berikut adalah sejumlah perbuatan yang dimurkai Allah.

1. Terlalu Mementingkan Dunia

Dalam QS (14:2-3) disebutkan :
“... Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih, (yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat...”

Dari ayat tersebut, nampak terlalu mementingkan dunia adalah salah satu perbuatan yang dibenci Allah. Mengapa demikian? Karena ketika seseorang lebih mencintai dunia daripada akhirat, ia akan cenderung menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.

Yang patut diwaspadai, seringkali kita tidak sadar bahwa kita lebih mencintai dunia daripada akhirat. Misalnya saja, sudah waktunya shalat fardhu namun karena sedang asyik menonton acara TV, kita memutuskan untuk menunda shalat. Hal ini sepertinya biasa saja, namun berhati-hatilah karena bisa jadi ini merupakan salah satu tanda bahwa kecintaan kita pada dunia telah menjadi dominan.

Walau Allah melarang kita terlalu mementingkan dunia, namun ini tidak berarti kita harus hidup sengsara di dunia. Dikisahkan suatu hari Rasulullah bertemu dengan salah satu sahabatnya yang hidup sangat sengsara. Rasul kemudian bertanya, mengapa sahabat tersebut hidup sangat menderita. Dengan bangga sahabat tersebut berkata bahwa ia memang memohon agar Allah memberi dia kesengsaraan di dunia agar dapat memperoleh kebahagiaan di akhirat. Rasul kemudian mengajarkan pada sahabat tersebut doa yang lebih baik, yakni doa memohon kebahagiaan dunia dan akhirat seperti yang tertera dalam QS 2:201 :

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"

Allah tidak melarang kita berikhtiar untuk memperoleh kekayaan, ilmu, maupun hal-hal duniawi lainnya bahkan Allah menyemangati kita agar berusaha mencari bagian kita di dunia seperti yang disebutkan dalam QS 28:77 :

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Jadi tidak benar bila ada anggapan untuk menjadi orang sholeh kita harus hidup serba kekurangan. Bahkan sejumlah perintah agama seperti perintah berzakat, bershodaqoh dan naik haji pun mengisyaratkan agar umat Islam memiliki kemampuan finansial yang baik. Yang harus kita perhatikan adalah keseimbangan dalam hidup serta mempergunakan apapun yang kita miliki di jalan yang diridhoi Allah.

2. Berburuk Sangka pada Allah

Siapa sih di dunia ini yang tidak pernah kecewa? Di antara sekian banyak kejadian yang Allah takdirkan pada kita, sangat mungkin ada yang terasa begitu berat hingga membuat kita bertanya mengapa Allah membiarkan hal itu terjadi. Kalau tidak berhati-hati, prasangka buruk pada Allah bisa membuat kita kufur pada nikmat Allah yang lain dan Allah melarang kita berbuat seperti itu :

“dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali.” (QS 48:6)

Jangankan untuk berburuk sangka pada Allah, menyesali keputusan yang telah diambil pun kita dilarang melakukannya. Misalnya saja, untuk sampai ke kampus kita bisa mengambil jalan A atau jalan B. Kemudian kita memilih mengambil jalan A dan ternyata kita mengalami kecelakaan. Nah, kita tidak boleh mengatakan “Aduh, coba tadi lewat jalan B yah...”. Perkataan seperti itu seakan-akan kita menyesali apa yang sudah Allah gariskan pada kita.

Allah menyuruh kita untuk berikhtiar maksimal dan menyerahkan hasilnya pada Allah. Jadi, berusahalah dengan sepenuh kemampuan lalu berdoa. Soal hasil, biarlah itu menjadi keputusan Allah. Siapa tahu kejadian yang kita anggap buruk itu sebetulnya akan membawa kebaikan di masa yang akan datang.

“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS 2:216)

Apapun yang terjadi pada kita, berusahalah untuk mencari hikmah dari segala kejadian. Kalaupun hikmah itu belum terlihat, toh minimal kita mendapat ilmu baru dari kejadian yang terjadi agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

3. Berpaling dari Ajaran Allah karena Sombong

Tidak jarang orang yang tidak mengikuti ajaran Allah bukan karena dia tidak tahu kebenaran, tapi karena ia terlalu sombong untuk patuh. Ini yang terjadi pada Firaun. Ia bukannya tidak tahu bahwa ajaran Nabi Musa itu benar. Namun karena keangkuhannya, ia tidak mau menuruti ajaran mantan anak angkatnya itu.

“Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan- akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.” (QS 31:7)

Memang, kalau kita dinasehati orang yang kita anggap lebih “rendah” – entah itu dari usia, pengalaman atau apapun – kita cenderung mengabaikan apa yang dikatakannya. Apalagi kalau perkataannya itu bermaksud mengoreksi perbuatan kita. Namun, dalam Islam diajarkan agar kita berusaha rendah hati dan menerima ilmu kebaikan darimana pun ia berasal.

4. Mengolok-olok Orang yang Mengamalkan Agama

Di awal tahun 80-an, saudari-saudari kita yang berkerudung banyak yang diusir dari sekolahnya. Mereka tidak boleh masuk ke sekolah selama masih menutup auratnya. Ketika itu memang pemahaman Islam belum menyebar seluas sekarang. Jilbab masih dianggap pakaian kuno dan sekadar mengikuti tradisi Arab. Pada dekade yang sama pun aktivitas pengajian dianggap “kampungan” dan ketinggalan zaman. Alhamdulillah pandangan semacam itu sudah semakin berkurang walau tidak menutup kemungkinan masih ada yang berpikir demikian. Nah, Allah sangat murka pada mereka yang mengolok-olok orang yang mengamalkan ajaran agama.

“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman.” (QS 83:29)

Di sisi lain, kita juga disemangati agar tetap istiqomah di jalan Allah. Jangan terlalu memikirkan pandangan orang lain. Asalkan kita yakin apa yang dilakukan diridhoi Allah, ya jalan saja terus. Tapi kita juga harus berhati-hati. Mengolok-olok orang yang mengamalkan ajaran agama mungkin pernah kita lakukan tanpa sengaja. Misalnya saja, bergunjing tentang orang yang berpoligami. Kalau kita memang belum sanggup untuk berpoligami, ya sudah. Tapi itu tidak memberi kita hak untuk menghina orang-orang yang melakukannya. Bisa jadi mereka justru berbahagia dan lebih dekat dengan Allah dalam kondisi seperti itu.

Contoh lain memperolok yang mungkin terjadi antara lain menghina orang-orang yang menutup aurat namun tidak matching. Misalnya saja, kerudungnya pink terang padahal bajunya berwarna kuning golkar. Nah, kita harus berusaha menahan diri dari mengomentari secara negatif. Kita justru harus menghargai itikad baik beliau untuk menutup auratnya. Intinya, kita harus menghargai orang lain. Terutama bila mereka tengah mengamalkan ajaran agamanya. Kalaupun kita merasa ada yang perlu diluruskan, diskusikanlah baik-baik.

5. Berbuat Kerusakan

Kadang ada orang yang sangat usil. Kalau berjalan dekat tanaman, daun-daunnya ia cabuti. Kalau ada di dekat tembok, ia lalu meninggalkan cap sepatu di sana. Kalau sedang ada di kendaraan, seenaknya saja membuang sampah ke luar jendela. Sebagai muslim yang baik kita tidak boleh berbuat kerusakan seperti itu.

“... dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS 28:77)

Ketika mendengar kata “kerusakan”, yang dimaksud bukan saja kerusakan lingkungan. Tapi juga kerusakan moral. Maka dari itu, kita harus memperhatikan agar apa yang kita lakukan tidak berdampak dan menjadi contoh buruk bagi yang lain. Misalnya saja kalau kita menjadi orang tua. Berusahalah mengendalikan emosi agar anak tidak terdidik untuk menyelesaikan masalah dengan emosi.

6. Berbuat Khianat Allah berfirman :
Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat. (QS Al Hajj:38)

Khianat adalah lawan kata dari amanah yang berarti menutupi sesuatu. Orang-orang yang berbuat khianat adalah mereka yang mengkhianati Allah dan Rasul-Nya. Dalam konteks bersosialisasi pun, Allah memurkai orang yang menyebarkan rahasia (kecuali yang dibenarkan misal di pengadilan), tidak menepati janji, curang dalam perdagangan, melanggar kesepakatan dan sejenisnya.

Sesungguhnya tiap perkataan dan perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban. Oleh karena itu, janganlah menjanjikan sesuatu yang memang tidak bisa kita lakukan. Dalam kehidupan sehari-hari saja, kalau kita sering ingkar pada janji, orang akan kehilangan kepercayaan pada kita. Apalagi kalau kita berjanji pada Allah. Kita harus teramat sangat bersungguh-sungguh. Bukankah dalam sholat kita berikrar bahwa hidup dan mati kita hanyalah untuk Allah?

7. Berbuat Zhalim

Zhalim adalah berbuat tidak proporsional. Entah itu pada diri sendiri, pada orang lain atau dalam apapun yang kita lakukan. Kita harus bersikap adil, pada orang yang kita benci sekalipun. Termasuk juga berbuat zhalim bila kita menganiaya diri sendiri. Rokok misalnya. Sudah jelas-jelas rokok merusak kesehatan. Maka bila kita merokok, itu artinya kita sedang menzhalimi diri sendiri. Begitupula bila ada orang yang patah hati sampai tidak mau makan dan minum. Itu juga termasuk menzhalimi diri sendiri.

Selain definisi di atas, adapula yang mengartikan kezhaliman adalah perbuatan syirik seperti yang difirmankan Allah dalam QS Luqman : 13 Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Mereka yang menyekutukan Allah adalah orang yang memalingkan diri dari kebenaran ajaran Allah. Mereka tahu apa yang diperintahkan dan dilarang Allah namun enggan mematuhinya.

8. Boros

Dalam QS (17:26-27) :
“... dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”

Allah tidak menyukai bila kita menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang sebenarnya tidak perlu. Walau demikian, itu tidak berarti kita tidak boleh memiliki apapun. Kita boleh mencari apa yang menjadi kebutuhan kita, namun kita dilarang untuk berlebihan dalam segala sesuatu.

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS 7:31)

Sikap boros yang dimurkai Allah bukan saja memboroskan harta, namun juga memboroskan waktu, masa muda, dan lain sebagainya. Banyak sekali pencuri waktu yang sering tidak kita sadari. Misalnya saja menonton TV atau mengobrol tak karuan dengan teman. Usia adalah karunia Allah yang amat mahal. Ketika seseorang tengah menanti ajal, barulah ia merasa betapa cepatnya waktu berlalu. Kalau waktunya dihabiskan untuk hal yang sia-sia, yang akan ada hanyalah penyesalan. Oleh karena itu, kita harus senantiasa berusaha agar waktu yang kita miliki dihabiskan untuk beribadah. Tentu yang dimaksud dengan beribadah di sini bukan sekadar sholat, puasa dan zakat, tapi juga menuntut ilmu, mencari nafkah dan sebagainya.

9. Bersikap Angkuh

Sifat asli manusia itu ada beberapa, antara lain: suka berkeluh kesah, mudah putus asa, kikir dan angkuh. Justru karena itu adalah bawaan kita yang natural, maka Allah memberi penghargaan yang tinggi bagi mereka yang berhasil menundukkan sifat-sifat tersebut.

“…dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS 31:18)

Angkuh, membuat orang menjadi lengah. Bukankah kita lebih sering terjerembab karena hal-hal yang tidak terduga? Kalau kita sudah menduganya, tentu kita sudah mengambil langkah-langkah preventif. Begitu pula dalam hidup. Kalau kita angkuh dan merasa amalan kita sudah banyak, maka kita cenderung menganggap neraka sangat jauh dan sok yakin masuk surga. Sifat angkuh juga membuat kita mengabaikan peringatan orang dan enggan menerima masukan. Karakteristik seperti itu bisa membuat kita perlahan terjerumus.

Angkuh yang dimurkai Allah bukan hanya angkuh tentang ibadah, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus senantiasa menghargai orang lain karena pada dasarnya kita tidak tahu bagaimana potensi orang tersebut. Bisa saja penampilannya sangat sederhana namun ia memiliki kemampuan yang hebat, atau ia sangat dekat dengan Allah. Oleh karena itu, Islam mengajarkan pada kita untuk bersikap ramah pada orang dan menjauhi sifat angkuh.

Penutup
Di atas telah dijelaskan sejumlah perbuatan yang dimurkai Allah. Apakah ada di antaranya yang masih sering kita lakukan? Yang pasti, Allah tetap membuka pintu taubatnya selama kita masih bernyawa. Semoga Allah menjauhkan kita dari perbuatan-perbuatan yang dimurkai-Nya. Amiin

arti sebuah nama

Nama adalah ciri atau tanda, maksudnya adalah orang yang diberi nama dapat mengenal dirinya atau dikenal oleh orang lain. Dalam Al-Qur’anul Kariim disebutkan;
يَا زَكَرِيَّا إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ اسْمُهُ يَحْيَى لَمْ نَجْعَل لَّهُ مِن قَبْلُ سَمِيًّا (7) سورة مريم
“Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia” (QS. Maryam: 7).
Dan hakikat pemberian nama kepada anak adalah agar ia dikenal serta memuliakannya. Oleh sebab itu para ulama bersepakat akan wajibnya memberi nama kapada anak laki-laki dan perempuan 1). Oleh sebab itu apabila seseorang tidak diberi nama, maka ia akan menjadi seorang yang majhul (=tidak dikenal) oleh masyarakat.
Waktu Pemberian Nama
Telah datang sunnah dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang waktu pemberian nama, yaitu:
Memberikan nama kepada anak pada saat ia lahir.
Memberikan nama kepada anak pada hari ketiga setelah ia lahir.
Memberikan nama kepada anak pada hari ketujuh setelah ia lahir.
Pemberian Nama Kepada Anak Adalah Hak (Kewajiban) Bapak.
Tidak ada perbedaan pendapat bahwasannya seorang bapak lebih berhak dalam memberikan nama kepada anaknya dan bukan kepada ibunya. Hal ini sebagaimana telah tsabit (=tetap) dari para sahabat radhiallahu ‘anhum bahwa apabila mereka mendapatkan anak maka mereka pergi kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam agar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nama kepada anak-anak mereka. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan bapak lebih tinggi daripada ibu.
Nasab Anak Kepada Bapak Bukan Kepada Ibu
Sebagaimana hak memberikan nama kepada anak, maka seorang anakpun bernasab kepada bapaknya bukan kepada ibunya, oleh sebab itu seorang anak akan dipanggil: Fulan bin Fulan, bukan Fulan bin Fulanah.
Allah Ta’ala berfirman:
ادْعُوهُمْ لِآبَائِهِمْ (5) سورة الأحزاب
Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka…” (QS. Al-Ahzab: 5)
Oleh karena itu manusia pada hari kiamat akan dipanggil dengan nama bapak-bapak mereka: Fulan bin fulan. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam hadits dari Ibnu ‘Umar radhiallahu ‘anhuma dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam 2).
Memilih Nama Terbaik Untuk Anak
Kewajiban bagi seorang bapak adalah memilih nama terbaik bagi anaknya, baik dari sisi lafadz dan maknanya, sesuai dengan syar’iy dan lisan arab. Kadangkala pemberian nama kepada seorang anak baik adab dan diterima oleh telinga/pendangaran akan tetapi nama tersebut tidak sesuai dengan syari’at.
Tata Tertib Pemberian Nama Seorang Anak
Disukai Memberikan Nama Kepada Seorang Anak Dengan Dua Suku Kata, misal Abdullah, Abdurrahman. Kedua nama ini sangat disukai oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagaimana diterangkan oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud dll. Kedua nama ini menunjukkan penghambaan kepada Allah Azza wa Jalla. Dan sungguh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan nama kepada anak pamannya (Abbas radhiallahu ‘anhu), Abdullah radhiallahu ‘anhuma. Kemudian para sahabat radhiallahu ‘anhum terdapat 300 orang yang kesemuanya memiliki nama Abdullah. Dan nama anak dari kalangan Anshor yang pertama kali setelah hijrah ke Madinah Nabawiyah adalah Abdullah bin Zubair radhiallahu ‘anhuma.
Disukai Memberikan Nama Seorang Anak Dengan Nama-nama Penghambaan Kepada Allah Dengan Nama-nama-Nya Yang Indah (Asma’ul Husna), misal: Abdul Aziz, Abdul Ghoniy dll. Dan orang yang pertama yang menamai anaknya dengan nama yang demikian adalah sahabat Ibn Marwan bin Al-Hakim. Sesungguhnya orang-orang Syi’ah tidak memberikan nama kepada anak-anak mereka seperti hal ini, mereka mengharamkan diri mereka sendiri memberikan nama anak mereka dengan Abdurrahman sebab orang yang telah membunuh ‘Ali bin Abi Tholib adalah Abdurrahman bin Muljam.
Disukai Memberikan Nama Kepada Seorang Anak Dengan Nama-nama Para Nabi. Para ulama sepakat akan diperbolehkannya memberikan nama dengan nama para nabi3).Diriwayatkan dari Yusuf bin Abdis Salam, ia berkata:”Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nama kepadaku Yusuf” (HR. Bukhori –dalam Adabul Mufrod-; At-Tirmidzi –dalam Asy-Syama’il-). Berkata Ibnu Hajjar Al-Asqolaniy: Sanadnya Shohih. Dan seutama-utamanya nama para nabi adalah nama nabi dan rasul kita Muhammad bin Abdillah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Para ulama berbeda pendapat tentang boleh atau tidaknya penggabungan dua nama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan nama kunyahnya, Muhammad Abul Qasim. Berkata Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah rahimahullah:”Dan yang benar adalah pemberian nama dengan namanya (yakni Muhammad, pent) adalah boleh. Sedangkan berkunyah dengan kunyahnya adalah dilarang dan pelarangan menggunakan kunyahnya pada saat beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup lebih keras dan penggabungan antara nama dan kunyah beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam juga terlarang”4).
Memberikan Nama Kepada Seorang Anak Dengan Nama-nama Orang Sholih Dari Kalangan Kaum Muslimin.Telah tsabit dari hadits Mughiroh bin Syu’bah radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, ia bersabda: أنهم كانوا يسمون بأسماء أنبيائهم والصالحين (رواه مسلم). “Sesungguhnya mereka memberikan nama (pada anak-anak mereka) dengan nama-nama para nabi dan orang-orang sholih” (HR. Muslim)."
Kemudian para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah penghulunya orang-orang sholih bagi umat ini dan demikian juga orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari akhir.
Para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memandang bahwa hal ini adalah baik, oleh karena itu sahabat Zubair bin ‘Awan radhiallahu ‘anhu memberikan nama kepada anak-anaknya –jumlah anaknya 9 orang- dengan nama-nama sahabat yang syahid pada waktu perang Badr, missal: Abdullah,’Urwah, Hamzah, Ja’far, Mush’ab, ‘Ubaidah, Kholid, ‘Umar, dan Mundzir.
Syarat-syarat Dalam Pemberian Nama
Nama tersebut menggunakan bahasa arab.
Nama tersebut dibangun dengan makna yang baik secara bahasa dan syari’at. Oleh karenanya dengan adanya syarat ini tidak boleh menggunakan nama-nama yang haram atau makruh baik dalam segi lafadz ataupun maknanya. Oleh karena itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam merubah nama-nama yang jelek menjadi nama-nama yang baik dari segi lafadz dan maknanya.
Nama-nama yang Diharamkan
Kaum muslimin telah bersepakat terhadap haramnya penggunaan nama-nama penghambaan kepada selain Allah Ta’ala baik dari matahari, patung-patung, manusia atau selainnya, missal: Abdur Rasul (=hambanya Rasul), Abdun Nabi (=hambanya Nabi) dll. Sedangkan selain nama Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, misal: Abdul ‘Izza (=hambanya Al-‘Izza (nama patung/berhala), Abdul Ka’bah (=hambanya Ka’bah), Abdus Syamsu (=hmabanya Matahari) dll.
Memberi nama dengan nama-nama Allah Tabaroka wa Ta’ala, misal: Rahim, Rahman, Kholiq dll.
Memberi nama dengan nama-nama asing atau nama-nama orang kafir.
Memberi nama dengan nama-nama patung/berhala atau sesembahan selain Allah Ta’ala, misal: Al-Lat, Al-‘Uzza dll.
Memberi nama dengan nama-nama asing baik yang berasal dari Turki, Faris, Barbar dll.
Setiap nama yang memuji (tazkiyyah) terhadap diri sendiri atau berisi kedustaan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; ن أخنع إسم عند الله رجل تسمى ملك الأملاك (رواه البخاري؛ مسلم “Sesungguhnya nama yang paling dibenci oleh Allah adalah seseorang yang bernama Malakul Amlak (=rajanya diraja)” (HR. Bukhori; Muslim).
Memberi nama dengan nama-nama Syaithon, misal: Al-Ajda’ dll.
Nama-nama Yang Dimakruhkan
Dimakruhkan memberi nama anak dengan nama-nama orang fasiq, penzina dll.
Dimakruhkan memberi nama anak dengan nama perbuatan-perbuatan jelek atau perbuatan-perbuatan maksiat.
Dimakruhkan memberi nama anak dengan nama para pengikut Fir’un, misal: Fir’un, Qarun, Haman.
Dimakruhkan memberi nama anak dengan nama-nama hewan yang telah dikenal akan sifat-sifat jeleknya, misal: Anjing, keledai dll.
Dimakruhkan memberi nama anak dengan Ism, mashdar, atau sifat-sifat yang menyerupai terhadap lafzdz “agama” (الدين) , dan lafadz “Islam” (الإسلام), misal: Nurruddin, Dliyauddin, Saiful Islam dll.
Dimakruhkan memberi nama ganda5), misal: Muhammad Ahmad, Muhammad Sa’id dll.
Para ulama memakruhkan memberi nama dengan nama-nama surat dalam Al-Qur’an, misal: Thoha, Yasin dll.
Jalan Keluar Dari Pemberian Nama-nama Yang Diharamkan Dan Yang Dimakruhkan
Jalan keluar dari kedua hal ini adalah merubah nama-nama tersebut dengan nama-nama yang disukai (mustahab) atau yang diperbolehkan secara syar’i. Dan untuk merubah nama ini kita dapat mendatangi kementrian/depertemen yang mengurusi masalah ini.6)
Sesungguhnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam merubah nama-nama yang mengandung makna kesyirikan kepada Allah kepada nama-nama Islamiy, dari nama-nama kufur kepada nama-nama imaniyah.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhaiallahu ‘anha, ia berkata:
كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يغير الإسم القبيح إلى الإسم الحسن (رواه الترمذي).
Sesungguhnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam merubah nama-nama yang jelek menjadi nama-nama yang baik” (HR. AT-Tirmidzi).
Demikianlah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam merubah nama-nama yang jelek dengan nama-nama yang baik, seperti beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam merubah nama Syihab menjadi Hisyam dll. Demikian juga kita mesti merubah nama-nama yang buruk menjadi nama-nama yang baik, misal: Abdun Nabi menjadi Abdul Ghoniy, Abdur Rasul menjadi Abdul Ghofur, Abdul Husain menjadi Abdurrahman dll.
Maraji’:
Tasmiyah Al-Maulud, karya: Asy-Syaikh Bakr Abdullah Abu Zaid
Catatan Kaki:
1) Marotib Al-Ijma’, hal: 154. Oleh Ibn Hazm.
2) Lihat Shahih Bukhori, bab: Maa Yad’u An-Naas Bi abaihim.
3) Lihat Syarh Shahih Muslim 8/437. Imam An-Nawawi rahimahullah; Marotib Al-Ijma’, hal: 154-155.
4) Zaadul Ma’ad, 2/347. Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah rahimahullah.
5) Maksudnya adalah memberikan nama anak dengan dua nama, yang mana nama tersebut terdapat dalam satu orang. Misal Muhammad Ahmad, nama Muhammad dan Ahmad dimiliki oleh satu orang, dan Ahmad bukanlah nama bapaknya,pent.
6) Untuk di sini (Kuwait) kita dapat mendatangi Mahkamah,pent.
Dikutip dari Darussalaf.org offline dinukil dari http://abdurrahman.wordpress.com Penulis: Ustadz Abu Muhammad Abdurrahman Sarijan Judul: Etika Memberi Nama Anak Dalam Islam
Sumber : http://kaahil.blogdetik.com/2008/12/20/etika-memberi-nama-anak-dalam-islam/
Nama islam untuk nama bayi Islam anda mempunyai arti penting. Pemilihana nama bayi islam yang merupakan anugrah Allah telah di mendapat tuntunan nabi. Nama Islamadalah do'a dan untuk itu nama nama bayi islam anda selayaknya mendapatkan perhatian. Anda dapat mendownload daftar 853 nama islam untuk nama bayi islam anda melalui link di blog ini. Mudah2an nama untuk buah hati anda menjadi do'a yang makbul. Sebelum memilih nama bayi islam anda ada beberapa panduan memilih nama bayi islam
1. Sebaik-baik nama adalah ‘Abdullah dan ‘Abdurrahman (Al-Hadits)
2. Nama yang paling sesuai adalah Ĥarits dan Hammam (Al-Hadits)
3. Nama yang paling buruk adalah Ĥarb dan Murrah (Al-Hadits)
4. Dilarang menggunakan nama Barrah (Al-Hadits)
5. Dilarang menggunakan nama-nama yang berarti buruk
6. Dilarang menggunakan nama sesembahan selain Allah, seperti ‘Abdul Ka’bah, dll
6. Dilarang menggunakan Asmaa-ul Husnaa jika tidak memakai ‘Abdu di depannya
7. Dilarang menggunakan nama-nama malaikat
8. Dilarang menggunakan nama-nama menyerupai orang-orang di luar Islam
9. Dianjurkan tidak menggunakan nama-nama yang terlalu panjang. Kebanyakan nama-nama bayi di zaman Nabi SAW hanya terdiri dari 1 kata saja
10. Karena nama bayi Islam dalam bahasa Arab, dianjurkan untuk memilih nama yang mengandung huruf-huruf Arab yang mudah diucapkan oleh lisan Indonesia secara benar, sehingga tidak merubah arti nama tersebut.
Anda bisa mencari literatur lain untuk memperkuat panduan memilih nama bayi islam diatas karena pasti ada pendapat yang berbeda, silahkan tetapkan niat anda.
NAMA BAYI LAKI-LAKI
Aid, yang Kembali
Abbas, Paman Nabi2
Abdul Alim, Hamba yang Maha Tahu
Abdul Ally, Hamba yang Maha Tinggi
Abdul Azhim, Hamba yang Maha Agung
Abdul Aziz, Hamba yang Maha Kuat
Abdul Bari, Hamba yang Maha Pencipta
Abdul Basits, Hamba yang Maha Meluaskan
Abdul Fatah, Hambata yang Maha Membuka Rizki
Abdul Ghaffar, Hamba yang Maha Pengampun
Abdul Ghani, Hamba yang Mahakaya
Abdul Hadi, Hamba yang Maha Memberi Petunjuk
Abdul Hafizh, Hamba yang Maha Menetapkan Hukum
Abdul Hakim, Hamba yang Maha Bijaksana
Abdul Halim, Hamba yang Maha Lembut
Abdul Hamid, Hamba yang Maha Terpuji
Abdul Haq, Hamba yang Maha Benar
Abdul Hasib, Hamba yang Maha Penghitung
Abdul Jabar, Hamba yang Mahaperkasa
Abdul Jalil, Hamba yang Mahaluhur
Abdul Karim, Hamba yang Maha Pemurah
Abdul Khaliq, Hamba yang Maha Pencipta
Abdul Latief, Hamba yang Maha Lembah-lembut
Abdul Majid, Hamba yang Maha Mulia
Abdul Matin, Hamba yang Maha Perkasa
Abdul Mu'iz, Hamba yang maha Pemberi Kemuliaan
Abdul Muhaimin, Hamba yang Maha Penjaga
Abdul Muhsin, Hamba yang Maha Baik
Abdul Qadir, Hamba yang Maha Kuasa
Abdul Qahhar, Hamba yang Maha Penakluk
Abdul Quddus, Hamba yang Maha suci
Abdul Wahhab, Hamba yang Maha Pemberi
Abdul Wahid, Hamba yang Maha esa
Abdullah, Hamba Allah
Abdun Nasir, Hamba yang Maha Penolong
Abdur Rauf, Hamba yang Maha Pengasih
Abdur Rafi, Hamba yang Maha Pengangkat
Abdur Rahim, Hamba yang Maha Penyayang
Abdur Rahman, Hamba yang Maha Pengasih
Abdur Rasyid, Hamba yang Maha pandai
Abdur Rauf, Hamba yang Maha Penyayang
Abdur Razaq, Hamba yang Maha Memberi Rizki
Abdus Salam, Hamba yang Maha Sejahtera
Abdus Shabir, Hamba yang Maha Penyabar
Abdus Syakur, Hamba yang Maha Berterima kasih
Abdut Tawwab, Hamba yang Maha Penerima
Abid, Ahli Ibadah
Adib, Beradab
Adil, Yang Adil
Adnan, Mendiami, menempati
Ady, Kaum yang bersiap perang
Afif, Selamat dari Kehinaan
Ahmad, Memuji
Ali, Nama Khalifah keempat
Alif, Lemah Lembuh
Alim, Pandai
Allam, Banyak Ilmu
Alwan, Tinggi
Aly, Mulia
Amin, yang dapat dipercaya
Amir, Raja, Pemimpin
Ammar, Kuat imannya
Amru, Kehidupan
Anis, Ramah
Anwar, Bercahaya
Aqil, Paham
Arif, Yang tahu
Arkan, Kemuliaan
As'ad, Lebih Bahagia
Ashim, Yang memelihara Diri
Asyam, Pemimpin yang Mulia
Asyraf, lebih Mulia
Asyur, Hari ke-10 Bulan Muharam
Atha, Rizki
Athif, Orang yang lemah lembut
Atiq, Mulia
Ayub, Nama Nabi
Azhar, bercahaya
Aziz, yang perkasa
Azzam, berkemauan keras
Badar, Bulan Purnama
Badrani, 2 bulan Purnama
Bahij, yang cerita, tampan, pemandangan yang elok
Bahir, yang mengalahkan
Bahy, Tampan dan bermata indah
Bandar, Pelabuhan
Bari', Terjaga dari perbuatan dosa dan aib
Barraq, Berkilauan
Basil, Pemberani
Basman/Bassam, yang banyak senyum
Basyir, berita gembira
Bilal, Nama sahabat
Burhan, Penjelasan
Daffa', Banyak memiliki pertahanan diri
Dany, Dekat
Daris, Pembaca
Darwisy, Yang banyak beribadah
Dary, Arif bijaksana
Daud, Nama Nabi
Dhahy, Tempat yang terang
Dhaif, Tamu
Dhawy, Bersinar
Dhafi, yang lebar rambutnya
Daifullah, Tamu Allah
Dhiya, Sinar/Cahaya
Dzahab, emas
Dzakir, yang kuat daya ingatnya
Dzakwan, Sangat cerdas
Dzaky, cerdas, pandai
Dzamar, sesuatu yang harus dipertahankan
Dzikra, Peringatan
Fadhal, kebaikan
Fadhil, Yang berbudi
Fadi, Yang menebus
Fadlal, Keutamaan
Fadlil, Yang Utama
Faishal, Hakim
Fakhir, Bagus
Falih, Lurus
Fallah, Kemenangan
Farhan, Kesenangan / kebahagiaan
Fari', Perawakan tinggi
Farid, satu-satunya, tiada bandingnya
Faris, Pemburu
Farras, Cerdas
Farruq, Yang membedakan antara hak dan batil
Fathin, Cerdas
Fatih, Penakluk
Fauzan, Keberuntungan
Fawa, Kemenangan / Keberhasilan
Fuad, Hati
Ghali/Ghaly, Mahal / Berharga
Ghalib, yang menang
Habib, Yang terkasih
Hadi, Yang menunjukkan
Hadzal, Yang berjalan dgn cepat
Hafizh, Penghafal
Haidar, Pemberani
Hajid, Orang yang bertahajjud
Hakam, Hakim yang bijaksana
Halim, Lembut dan sabar
Hamdan, yang banyak pujian
Hamid, yang bersyukur
Hammad, yang banyak bersyukur
Hanif, yang lurus dalam beragama
Harun, Nama Nabi
Hasan, Baik
Hasib, Bangsawan
Hasyid, Orang yg selalu siap
Hasyim, Yang memecahkan perkara
Hatim, Mengadili
Hazim, berkemauan keras
Hibban, yang dikasihi
Hilal, Bulan Sabit
Hilmy, Penyabar/Pemurah
Hisyam, Kebaikan
Hud, Nama Nabi
Humam, Pemberani
Husain, sangat baik
Husam, Pedang yang tajam
Huwaidi, Yang mempunyai Sifat menakjubkan
Ibrahim, Nama Nabi
Imam, Teladan / Pemimpin
Isa, Nama Nabi
Ismail, Nama Nabi
Jalal, Orang besar yang dihormati
Jalil, Memiliki kekuasaan yang besar
Jamal, Keindahan
Jamaluddin, Keindahan agama
Jamil, yang baik
Jauhar, Permata
Jibran, Perintah
Jihad, Perjuangan
Kaisan, Cerdas
Kamal, Kesempurnaan / kelengkapan
Kamil, yang sempurna / lengkap
Karom, Kehormatan / Kemuliaan
Karim, yang terhormat
Kasib, Orang yang beruntung
Katib, Penulis
Khairi, Kebaikan
Khairullah, kebaikan Allah
Khalid, Kekal / Abadi
Khalifah, Pemimpin
Khalil, Teman karib
Khalish, Murni, bersih
Khatib, orang yang menyampaikan Khutbah
Luqman, Jalan terang
Lutfhi, Kehalusanku, kelembutanku
Mabruk, diberkahi
Mahbub, yang dicintai
Mahdy, yang mendapat hidayah
Mahfuzh, yang dijaga, dipelihara
Mahir, pandai
Mahmud, yang terpuji
Majid, yang baik
Malik, Raja / Yang memiliki
Maqbul, Diterima
Marjan, Batu Mutiara
Marzuq, yang memperoleh Rizky
Mas'ud, yang dianugerahi kebahagiaan
Masyurm Terkenal
Mathar, Hujan
Mauhub, yang dianugerahi
Miqdad, Orang yang mencegah kemungkaran
Mu'adz, Nama sahabat
Mubarak, Yang diberkahi
Muhajir, Orang yang berhijrah
Muhammad, Nama Nabi
Muhsin, yang berbuat baik
Mujahid, Pjuang
Mukhtar, Pilihan
Mukmin, Orang yang beriman
Mumtaz, Istimewa
Munir, bercahaya
Murad, Maksud
Mursyid, Penunjuk jalan
Mushlih, orang yang melakukan perbaikan
Muslim, orang Islam
Musthafa, Pilihan
Nabil, Terhormat
Nafal, Pemberian
Nafis, berharga
Najib, Mulia
Nashir, Yang menolong
Nasrullah, Pertolongan Allah
Naufal, Pemberian
Nayif, tinggi
Nazhim, Pengarang Puisi
Nazhir, yang memberi peringatan
Nibras, Pemberani
Nu'man, Yang memiliki kenikmatan
Nuh, Nama Nabi
Nuruddin, Cahaya Agama
Nuzhmi, jamaah, golongan
Qashid, yang menuju pada kemudahan
Qasim, yang membagi
Gatadah, Nama sahabat
Ra'if, sangat penyayang
Ra'uf, memiliki banyak kasih sayang
Rabbah, yang sangat beruntung
Rafi', Kedudukan yang tinggi & mulia
Raihan, Rizky
Rajab, Bulan Rajab
Ramadhan, Bulan Ramadhan
Ramiz, Yang merumuskan
Ramy, Bintang
Ramzi, Rumus
Ramzy, yang dapat disimbolkan
Rasul, Utusan
Rasyad, Petunjuk / Istiqamah
Rasyid, Petunjuk
Rasyiq, Tangkas, Gesit
Ratib, yang tetap
Ridhwan, Kepuasan, menerima
Riyadh, Taman
Rusydi, Petunjuk
Sa'id, Senang / Bahagia
Safar, berpergian
Sahir, yang berjaga diwaktu malam
Saif, pedang
Sajid, orang yang sujud kepada Allah
Salam / Salim, Selamat
Salman, nama sahabat
Sami, Luhur / Tinggi
Samir, Siang dan Malam
Sayyid, Pemuka / Pemimpin
Shabir / Shabri, Yang sabar / kesabaran
Shadiq, teman
Shafy, sahabat karib
Shahib, sahabat
Shamid, teguh / tegar
Shiddiq, yang jujur
Sidqi, kejujuran
Siraj, lentera / Lampu
Su'ud, keberuntungan
Sulaiman, nama Nabi
Sulthan, Kekuasaan
Sya'ban, Bulan Sya'ban
Syaddad, yang kuat
Syafi, yang menyembuhkan
Syafi', penolong / perantara
Syahid, orang yg meninggal fi sabilillah
Syakir, yang bersyukur
Syarif, yang mulia
Tamim, sempurna keadaannya
Tamir, banyak rizki dan kebaikan
Tamman, sempurna
Taufiq, petunjuk
Thaha, Nama surat dalam Al Qur'an
Thariq, Jalan
Thayyib, Baik
Tsani, yang kedua
Tsaqif, yang pandai
Umar, Nama Khalifah yang kedua
Umran, Kemakmuran
Utsman, Nama Khalifah ketiga
Wadud, yang dicintai
Wafi, yang melaksanakan / yang memenuhi (janji)
Wahid, satu-satunya
Wali, yang mencintai
Walid, yang dilahirkan
Washil, yang menghubungkan
Wasim, yang berwajah bagus
Ya'qub, Nama Nabi
Yafi, Lincah
Yahya, Nama Nabi
Yasir, Mudah / gampang
Yazid, lebih
Yunus, Nama Nabi
Yusuf, Nama Nabi
Zaghlul, cepat & ringan
Zahran, berkilau
Zahy, Wajah yang Elok
Zaky, Suci
Zakariya, Nama Nabi
Zhafar, kemenangan
Zhafir, yang menang / yang beruntung
Zhahir, yang tampak, yang nyata
Zuhair, bersinar
NAMA-NAMA BAYI PEREMPUAN
A'idah, Anugrah
Adzra', Perawan
Afifah, yang menjaga kesucian diri
Aisyah, Istri nabi
Aliyah, tinggi
Alya', langit
Aminah, yang terpercaya
Amirah, Pemimpin
Anisah, gadis perawan / lemah lembut
Aqilah, Terhormat, pandai
Arij, Harum
Asahy, warna-warni
Ashimah, yang menjaga
Asilah, yang berbuat baik
Asma, Unggul
Athifah, kasing sayang
Athirah, yang harum
Atikah, jernih
Atiqah, cantik
Azhar, Bunga2
Azizah, yang mulia
Badriyyah, malam rembulan
Balqis, Ratu negeri saba'
Basamah, tersenyum
Basimah, yang tersenyum
Dalilah, bukti
Daliyah, yang menunjukkan
Danah, Batu mulia
Dananir, Dinar
Daulah, Negara
Dunya, Dunia
Dien, agama
Dhaifa, tamu
Dhafiyah, mewah
Dinah, taat
Diyanah, Agama
Durah, mutiara
Dzahabiyyah, yang memiliki sifat emas
Dzakirah, yang berzikir
Dzakiyyah, cerdas
Dzikra, peringatan
Fa'izah, yang beruntung
Fadhilah, keistimewaan
Fadiyah, yang terlindungi
Faidah, Manfaat
Fairuz, Batu mulia
Farah, senang
Farhah, keceriaan
Faridah, tiada bandingnya
Fathimah, Putri Nabi
Fathinah, cerdas
Fathiyyah, Kemenangan
Fatin, yang menakjubkan
Fauziyyah,yang beruntung
Fikriyyah, berfikir
Firdaus, taman surga
Gaitsa', awan turunnya hujan
Ghaniyyah, wanita kaya
Ghaniyah, wanita penyenandung
Ghazalah, matahari terbit
Habibah, yang tercinta
Hadiyah, hadiah
Hafizhah, pemelihara
Hajar, Istri nabi Ibrahim AS
Hajir, yang berhijrah
Hajirah, yang berhijrah
Hakimah, yang bijaksana
Halimah, yang lebih, sabar
Hamamah, merpati
Hamidah, Yang memuji
Hana', suka cita
Hanan, Kasih sayang
Hamsah, suara pelan
Hanin, kasih sayang
Haniyah, lemah lembut
Hasanah, kebaikan
Hasibah, keturunan terpandang
Hasna', kebaikan, cantik
Hasyimiyyah, yang mulia
Haura', putih kulitnya
Haya, Puteri
Hazimah, keteguhan hati
Husna, kelembutan
Husniyah, yang baik
Hiwaidah, yang menakjubkan, kelembutan
Inas, baik hati
Inayah, tuntunan
Izah, kemuliaan
Ja'izah, hadiah
Jahra', memiliki pipi yang indah
Jaida', kebaikan
Jalilah, terhormat
Jamilah, yang indah
Jauzah, bintang
Jawahir, permata
Jihan, menjadikan terhormat
Juwairiyyah, istri nabi
Kadziyah, bunga yang harum
Kaltsum, cantik
Kamilah, sempurna
Karamah, kemuliaan
Karimah, Mulia
Kautsar, telaga surga
Kazhimah, sanggup menahan amarah
Khadijah, istri nabi
Khairiyah, baik
Khalishah, murni
Khaznah, harta yang disimpan
Labibah, cerdas
Lahfah, kerinduan
Laila, malam gelap
Luthfiyyah, halus
Mahabbah, kecintaan
Mahdiyyah, yang mendapat hidayah
Mahirah, pandai
Maimunah, yang beruntung
Mariyah, wajah yang berseri-seri
Marjanah, sebutir mutiara
Marmarah, baru marmer
Maryam, ibu Nabi Isa
Masarrah, kegembiraan
Mauhibah, anugrah
Mawaddah, kasih sayang
Mubarakah, diberkahi
Mufidah, yang berfaidah
Muhdiyah, yang menunjukkan
Mujahidah, pejuang
Mukminah, yang beriman
Munirah, yang terang
Murada, yang dicintai
Na'ilah, karunia
Nabilah, mulia
Nada, menyeru
Nadiyah, yang menyeru
Nafi'ah, bermanfaat
Nafisah, kaya raya
Nagmah, suara merdu
Najah, sukses
Nadjah, keberanian
Najiyah, selamat
Najlah', yang lebar matanya
Najmah, bintang
Najwa, rahasia
Nasamah, pembebasan
Nashirah, mendapat pertolongan dan menang
Nazhimah, kumpulan mutiara
Nazihah, terhindar dari hal-hal buruk
Nihayah, penutur
Nujud, cerdik
Nur, Cahaya
Nuwayyar, yang bercahaya
Qamariyyah, Nama bunga
Qasimah, cantik
Qiladah, kalung
Qismah, bagian
Ra'idah, pemandu
Rafi'ah, yang tinggi
Rafidah, yang diberi pertolongan
Rafiqah, Istri
Raghdah, damai
Rahaf, halus
Rahimah, penyayang
Rahmah, rahmat
Raihanah, wanita yang baik jiwanya
Raim, bukit
Raima, selama
Rajwa, permohonan
Raniyah, yang memandang dengan terpesona
Rasikhah, tegar, kuat
Rasyidah, yang matang fikirannya
Raudhah, taman
Rifqah, himpunan
Sa'adah, kebahagiaan
Sa'idah, yang senang
Sahilah, yang sangat mudah
Sahirah, rembulan
Sajidah, yang banyak bersujud
Sakinah, tenang
Salimah, selamat
Sallamah, yang menyelamatkan
Salma, selamat
Salsabil, mata air surga
Salwa, nama burung, madu
Samar, sinar rembulan
Samirah, siang dan malam
Samiyah, luhur
Samra', warna coklat
Sarah, Istri nabi Ibrahim
Sayyidah, Nyonya
Shabah, waktu pagi
Shabihah, wajah yang berseri-seri
Shada, gema
Shadiqah, yang jujur
Shafa, kejernihan
Shalihah, wanita yang shaleh
Shiba, kerinduan
Suhailah, mudah
Sulthanah, pemimpin wanita
Syarifah, yang mulia
Syukriyyah, kesyukuran
Tahani, selamat
Tamimah, perlindungan
Thallah, cantik
Thayyibah, yang baik
Tsamirah, yang berbuah
Tumamah, kesempurnaan
Ulfah, ramah tmah
Ulya, yang luhu
Umu Kultsum, Nama Puteri Nabi
Unsyudah, syair yang berkumandang
Wahidah, satu-satunya
Waliyah, yang mencitai
Wardah, bunga mawar
Wasimah, Berwajah cantik
Yamamah, merpati
Yasamin/yasaminah, Bunga melati
Zahirah, bercahaya
Zahrah, bunga
Zahwah, membanggakan
Zainab, istri nabi
Zainah, yang indah
Zakiyah, Suci
Zhafirah, yang beruntung
Zhahirah, penolong
Nama adalah ciri atau tanda, maksudnya adalah orang yang diberi nama dapat mengenal dirinya atau dikenal oleh orang lain. Dalam Al-Qur’anul Kariim disebutkan;
يَا زَكَرِيَّا إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ اسْمُهُ يَحْيَى لَمْ نَجْعَل لَّهُ مِن قَبْلُ سَمِيًّا (7) سورة مريم
“Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia” (QS. Maryam: 7).
Dan hakikat pemberian nama kepada anak adalah agar ia dikenal serta memuliakannya. Oleh sebab itu para ulama bersepakat akan wajibnya memberi nama kapada anak laki-laki dan perempuan 1). Oleh sebab itu apabila seseorang tidak diberi nama, maka ia akan menjadi seorang yang majhul (=tidak dikenal) oleh masyarakat.
Waktu Pemberian Nama
Telah datang sunnah dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang waktu pemberian nama, yaitu:
Memberikan nama kepada anak pada saat ia lahir.
Memberikan nama kepada anak pada hari ketiga setelah ia lahir.
Memberikan nama kepada anak pada hari ketujuh setelah ia lahir.
Pemberian Nama Kepada Anak Adalah Hak (Kewajiban) Bapak.
Tidak ada perbedaan pendapat bahwasannya seorang bapak lebih berhak dalam memberikan nama kepada anaknya dan bukan kepada ibunya. Hal ini sebagaimana telah tsabit (=tetap) dari para sahabat radhiallahu ‘anhum bahwa apabila mereka mendapatkan anak maka mereka pergi kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam agar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nama kepada anak-anak mereka. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan bapak lebih tinggi daripada ibu.
Nasab Anak Kepada Bapak Bukan Kepada Ibu
Sebagaimana hak memberikan nama kepada anak, maka seorang anakpun bernasab kepada bapaknya bukan kepada ibunya, oleh sebab itu seorang anak akan dipanggil: Fulan bin Fulan, bukan Fulan bin Fulanah.
Allah Ta’ala berfirman:
ادْعُوهُمْ لِآبَائِهِمْ (5) سورة الأحزاب
Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka…” (QS. Al-Ahzab: 5)
Oleh karena itu manusia pada hari kiamat akan dipanggil dengan nama bapak-bapak mereka: Fulan bin fulan. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam hadits dari Ibnu ‘Umar radhiallahu ‘anhuma dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam 2).
Memilih Nama Terbaik Untuk Anak
Kewajiban bagi seorang bapak adalah memilih nama terbaik bagi anaknya, baik dari sisi lafadz dan maknanya, sesuai dengan syar’iy dan lisan arab. Kadangkala pemberian nama kepada seorang anak baik adab dan diterima oleh telinga/pendangaran akan tetapi nama tersebut tidak sesuai dengan syari’at.
Tata Tertib Pemberian Nama Seorang Anak
Disukai Memberikan Nama Kepada Seorang Anak Dengan Dua Suku Kata, misal Abdullah, Abdurrahman. Kedua nama ini sangat disukai oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagaimana diterangkan oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud dll. Kedua nama ini menunjukkan penghambaan kepada Allah Azza wa Jalla. Dan sungguh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan nama kepada anak pamannya (Abbas radhiallahu ‘anhu), Abdullah radhiallahu ‘anhuma. Kemudian para sahabat radhiallahu ‘anhum terdapat 300 orang yang kesemuanya memiliki nama Abdullah. Dan nama anak dari kalangan Anshor yang pertama kali setelah hijrah ke Madinah Nabawiyah adalah Abdullah bin Zubair radhiallahu ‘anhuma.
Disukai Memberikan Nama Seorang Anak Dengan Nama-nama Penghambaan Kepada Allah Dengan Nama-nama-Nya Yang Indah (Asma’ul Husna), misal: Abdul Aziz, Abdul Ghoniy dll. Dan orang yang pertama yang menamai anaknya dengan nama yang demikian adalah sahabat Ibn Marwan bin Al-Hakim. Sesungguhnya orang-orang Syi’ah tidak memberikan nama kepada anak-anak mereka seperti hal ini, mereka mengharamkan diri mereka sendiri memberikan nama anak mereka dengan Abdurrahman sebab orang yang telah membunuh ‘Ali bin Abi Tholib adalah Abdurrahman bin Muljam.
Disukai Memberikan Nama Kepada Seorang Anak Dengan Nama-nama Para Nabi. Para ulama sepakat akan diperbolehkannya memberikan nama dengan nama para nabi3).Diriwayatkan dari Yusuf bin Abdis Salam, ia berkata:”Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nama kepadaku Yusuf” (HR. Bukhori –dalam Adabul Mufrod-; At-Tirmidzi –dalam Asy-Syama’il-). Berkata Ibnu Hajjar Al-Asqolaniy: Sanadnya Shohih. Dan seutama-utamanya nama para nabi adalah nama nabi dan rasul kita Muhammad bin Abdillah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Para ulama berbeda pendapat tentang boleh atau tidaknya penggabungan dua nama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan nama kunyahnya, Muhammad Abul Qasim. Berkata Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah rahimahullah:”Dan yang benar adalah pemberian nama dengan namanya (yakni Muhammad, pent) adalah boleh. Sedangkan berkunyah dengan kunyahnya adalah dilarang dan pelarangan menggunakan kunyahnya pada saat beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup lebih keras dan penggabungan antara nama dan kunyah beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam juga terlarang”4).
Memberikan Nama Kepada Seorang Anak Dengan Nama-nama Orang Sholih Dari Kalangan Kaum Muslimin.Telah tsabit dari hadits Mughiroh bin Syu’bah radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, ia bersabda: أنهم كانوا يسمون بأسماء أنبيائهم والصالحين (رواه مسلم). “Sesungguhnya mereka memberikan nama (pada anak-anak mereka) dengan nama-nama para nabi dan orang-orang sholih” (HR. Muslim)."
Kemudian para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah penghulunya orang-orang sholih bagi umat ini dan demikian juga orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari akhir.
Para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memandang bahwa hal ini adalah baik, oleh karena itu sahabat Zubair bin ‘Awan radhiallahu ‘anhu memberikan nama kepada anak-anaknya –jumlah anaknya 9 orang- dengan nama-nama sahabat yang syahid pada waktu perang Badr, missal: Abdullah,’Urwah, Hamzah, Ja’far, Mush’ab, ‘Ubaidah, Kholid, ‘Umar, dan Mundzir.
Syarat-syarat Dalam Pemberian Nama
Nama tersebut menggunakan bahasa arab.
Nama tersebut dibangun dengan makna yang baik secara bahasa dan syari’at. Oleh karenanya dengan adanya syarat ini tidak boleh menggunakan nama-nama yang haram atau makruh baik dalam segi lafadz ataupun maknanya. Oleh karena itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam merubah nama-nama yang jelek menjadi nama-nama yang baik dari segi lafadz dan maknanya.
Nama-nama yang Diharamkan
Kaum muslimin telah bersepakat terhadap haramnya penggunaan nama-nama penghambaan kepada selain Allah Ta’ala baik dari matahari, patung-patung, manusia atau selainnya, missal: Abdur Rasul (=hambanya Rasul), Abdun Nabi (=hambanya Nabi) dll. Sedangkan selain nama Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, misal: Abdul ‘Izza (=hambanya Al-‘Izza (nama patung/berhala), Abdul Ka’bah (=hambanya Ka’bah), Abdus Syamsu (=hmabanya Matahari) dll.
Memberi nama dengan nama-nama Allah Tabaroka wa Ta’ala, misal: Rahim, Rahman, Kholiq dll.
Memberi nama dengan nama-nama asing atau nama-nama orang kafir.
Memberi nama dengan nama-nama patung/berhala atau sesembahan selain Allah Ta’ala, misal: Al-Lat, Al-‘Uzza dll.
Memberi nama dengan nama-nama asing baik yang berasal dari Turki, Faris, Barbar dll.
Setiap nama yang memuji (tazkiyyah) terhadap diri sendiri atau berisi kedustaan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; ن أخنع إسم عند الله رجل تسمى ملك الأملاك (رواه البخاري؛ مسلم “Sesungguhnya nama yang paling dibenci oleh Allah adalah seseorang yang bernama Malakul Amlak (=rajanya diraja)” (HR. Bukhori; Muslim).
Memberi nama dengan nama-nama Syaithon, misal: Al-Ajda’ dll.
Nama-nama Yang Dimakruhkan
Dimakruhkan memberi nama anak dengan nama-nama orang fasiq, penzina dll.
Dimakruhkan memberi nama anak dengan nama perbuatan-perbuatan jelek atau perbuatan-perbuatan maksiat.
Dimakruhkan memberi nama anak dengan nama para pengikut Fir’un, misal: Fir’un, Qarun, Haman.
Dimakruhkan memberi nama anak dengan nama-nama hewan yang telah dikenal akan sifat-sifat jeleknya, misal: Anjing, keledai dll.
Dimakruhkan memberi nama anak dengan Ism, mashdar, atau sifat-sifat yang menyerupai terhadap lafzdz “agama” (الدين) , dan lafadz “Islam” (الإسلام), misal: Nurruddin, Dliyauddin, Saiful Islam dll.
Dimakruhkan memberi nama ganda5), misal: Muhammad Ahmad, Muhammad Sa’id dll.
Para ulama memakruhkan memberi nama dengan nama-nama surat dalam Al-Qur’an, misal: Thoha, Yasin dll.
Jalan Keluar Dari Pemberian Nama-nama Yang Diharamkan Dan Yang Dimakruhkan
Jalan keluar dari kedua hal ini adalah merubah nama-nama tersebut dengan nama-nama yang disukai (mustahab) atau yang diperbolehkan secara syar’i. Dan untuk merubah nama ini kita dapat mendatangi kementrian/depertemen yang mengurusi masalah ini.6)
Sesungguhnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam merubah nama-nama yang mengandung makna kesyirikan kepada Allah kepada nama-nama Islamiy, dari nama-nama kufur kepada nama-nama imaniyah.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhaiallahu ‘anha, ia berkata:
كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يغير الإسم القبيح إلى الإسم الحسن (رواه الترمذي).
Sesungguhnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam merubah nama-nama yang jelek menjadi nama-nama yang baik” (HR. AT-Tirmidzi).
Demikianlah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam merubah nama-nama yang jelek dengan nama-nama yang baik, seperti beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam merubah nama Syihab menjadi Hisyam dll. Demikian juga kita mesti merubah nama-nama yang buruk menjadi nama-nama yang baik, misal: Abdun Nabi menjadi Abdul Ghoniy, Abdur Rasul menjadi Abdul Ghofur, Abdul Husain menjadi Abdurrahman dll.
Maraji’:
Tasmiyah Al-Maulud, karya: Asy-Syaikh Bakr Abdullah Abu Zaid
Catatan Kaki:
1) Marotib Al-Ijma’, hal: 154. Oleh Ibn Hazm.
2) Lihat Shahih Bukhori, bab: Maa Yad’u An-Naas Bi abaihim.
3) Lihat Syarh Shahih Muslim 8/437. Imam An-Nawawi rahimahullah; Marotib Al-Ijma’, hal: 154-155.
4) Zaadul Ma’ad, 2/347. Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah rahimahullah.
5) Maksudnya adalah memberikan nama anak dengan dua nama, yang mana nama tersebut terdapat dalam satu orang. Misal Muhammad Ahmad, nama Muhammad dan Ahmad dimiliki oleh satu orang, dan Ahmad bukanlah nama bapaknya,pent.
6) Untuk di sini (Kuwait) kita dapat mendatangi Mahkamah,pent.
Dikutip dari Darussalaf.org offline dinukil dari http://abdurrahman.wordpress.com Penulis: Ustadz Abu Muhammad Abdurrahman Sarijan Judul: Etika Memberi Nama Anak Dalam Islam
Sumber : http://kaahil.blogdetik.com/2008/12/20/etika-memberi-nama-anak-dalam-islam/
Nama islam untuk nama bayi Islam anda mempunyai arti penting. Pemilihana nama bayi islam yang merupakan anugrah Allah telah di mendapat tuntunan nabi. Nama Islamadalah do'a dan untuk itu nama nama bayi islam anda selayaknya mendapatkan perhatian. Anda dapat mendownload daftar 853 nama islam untuk nama bayi islam anda melalui link di blog ini. Mudah2an nama untuk buah hati anda menjadi do'a yang makbul. Sebelum memilih nama bayi islam anda ada beberapa panduan memilih nama bayi islam
1. Sebaik-baik nama adalah ‘Abdullah dan ‘Abdurrahman (Al-Hadits)
2. Nama yang paling sesuai adalah Ĥarits dan Hammam (Al-Hadits)
3. Nama yang paling buruk adalah Ĥarb dan Murrah (Al-Hadits)
4. Dilarang menggunakan nama Barrah (Al-Hadits)
5. Dilarang menggunakan nama-nama yang berarti buruk
6. Dilarang menggunakan nama sesembahan selain Allah, seperti ‘Abdul Ka’bah, dll
6. Dilarang menggunakan Asmaa-ul Husnaa jika tidak memakai ‘Abdu di depannya
7. Dilarang menggunakan nama-nama malaikat
8. Dilarang menggunakan nama-nama menyerupai orang-orang di luar Islam
9. Dianjurkan tidak menggunakan nama-nama yang terlalu panjang. Kebanyakan nama-nama bayi di zaman Nabi SAW hanya terdiri dari 1 kata saja
10. Karena nama bayi Islam dalam bahasa Arab, dianjurkan untuk memilih nama yang mengandung huruf-huruf Arab yang mudah diucapkan oleh lisan Indonesia secara benar, sehingga tidak merubah arti nama tersebut.
Anda bisa mencari literatur lain untuk memperkuat panduan memilih nama bayi islam diatas karena pasti ada pendapat yang berbeda, silahkan tetapkan niat anda.
NAMA BAYI LAKI-LAKI
Aid, yang Kembali
Abbas, Paman Nabi2
Abdul Alim, Hamba yang Maha Tahu
Abdul Ally, Hamba yang Maha Tinggi
Abdul Azhim, Hamba yang Maha Agung
Abdul Aziz, Hamba yang Maha Kuat
Abdul Bari, Hamba yang Maha Pencipta
Abdul Basits, Hamba yang Maha Meluaskan
Abdul Fatah, Hambata yang Maha Membuka Rizki
Abdul Ghaffar, Hamba yang Maha Pengampun
Abdul Ghani, Hamba yang Mahakaya
Abdul Hadi, Hamba yang Maha Memberi Petunjuk
Abdul Hafizh, Hamba yang Maha Menetapkan Hukum
Abdul Hakim, Hamba yang Maha Bijaksana
Abdul Halim, Hamba yang Maha Lembut
Abdul Hamid, Hamba yang Maha Terpuji
Abdul Haq, Hamba yang Maha Benar
Abdul Hasib, Hamba yang Maha Penghitung
Abdul Jabar, Hamba yang Mahaperkasa
Abdul Jalil, Hamba yang Mahaluhur
Abdul Karim, Hamba yang Maha Pemurah
Abdul Khaliq, Hamba yang Maha Pencipta
Abdul Latief, Hamba yang Maha Lembah-lembut
Abdul Majid, Hamba yang Maha Mulia
Abdul Matin, Hamba yang Maha Perkasa
Abdul Mu'iz, Hamba yang maha Pemberi Kemuliaan
Abdul Muhaimin, Hamba yang Maha Penjaga
Abdul Muhsin, Hamba yang Maha Baik
Abdul Qadir, Hamba yang Maha Kuasa
Abdul Qahhar, Hamba yang Maha Penakluk
Abdul Quddus, Hamba yang Maha suci
Abdul Wahhab, Hamba yang Maha Pemberi
Abdul Wahid, Hamba yang Maha esa
Abdullah, Hamba Allah
Abdun Nasir, Hamba yang Maha Penolong
Abdur Rauf, Hamba yang Maha Pengasih
Abdur Rafi, Hamba yang Maha Pengangkat
Abdur Rahim, Hamba yang Maha Penyayang
Abdur Rahman, Hamba yang Maha Pengasih
Abdur Rasyid, Hamba yang Maha pandai
Abdur Rauf, Hamba yang Maha Penyayang
Abdur Razaq, Hamba yang Maha Memberi Rizki
Abdus Salam, Hamba yang Maha Sejahtera
Abdus Shabir, Hamba yang Maha Penyabar
Abdus Syakur, Hamba yang Maha Berterima kasih
Abdut Tawwab, Hamba yang Maha Penerima
Abid, Ahli Ibadah
Adib, Beradab
Adil, Yang Adil
Adnan, Mendiami, menempati
Ady, Kaum yang bersiap perang
Afif, Selamat dari Kehinaan
Ahmad, Memuji
Ali, Nama Khalifah keempat
Alif, Lemah Lembuh
Alim, Pandai
Allam, Banyak Ilmu
Alwan, Tinggi
Aly, Mulia
Amin, yang dapat dipercaya
Amir, Raja, Pemimpin
Ammar, Kuat imannya
Amru, Kehidupan
Anis, Ramah
Anwar, Bercahaya
Aqil, Paham
Arif, Yang tahu
Arkan, Kemuliaan
As'ad, Lebih Bahagia
Ashim, Yang memelihara Diri
Asyam, Pemimpin yang Mulia
Asyraf, lebih Mulia
Asyur, Hari ke-10 Bulan Muharam
Atha, Rizki
Athif, Orang yang lemah lembut
Atiq, Mulia
Ayub, Nama Nabi
Azhar, bercahaya
Aziz, yang perkasa
Azzam, berkemauan keras
Badar, Bulan Purnama
Badrani, 2 bulan Purnama
Bahij, yang cerita, tampan, pemandangan yang elok
Bahir, yang mengalahkan
Bahy, Tampan dan bermata indah
Bandar, Pelabuhan
Bari', Terjaga dari perbuatan dosa dan aib
Barraq, Berkilauan
Basil, Pemberani
Basman/Bassam, yang banyak senyum
Basyir, berita gembira
Bilal, Nama sahabat
Burhan, Penjelasan
Daffa', Banyak memiliki pertahanan diri
Dany, Dekat
Daris, Pembaca
Darwisy, Yang banyak beribadah
Dary, Arif bijaksana
Daud, Nama Nabi
Dhahy, Tempat yang terang
Dhaif, Tamu
Dhawy, Bersinar
Dhafi, yang lebar rambutnya
Daifullah, Tamu Allah
Dhiya, Sinar/Cahaya
Dzahab, emas
Dzakir, yang kuat daya ingatnya
Dzakwan, Sangat cerdas
Dzaky, cerdas, pandai
Dzamar, sesuatu yang harus dipertahankan
Dzikra, Peringatan
Fadhal, kebaikan
Fadhil, Yang berbudi
Fadi, Yang menebus
Fadlal, Keutamaan
Fadlil, Yang Utama
Faishal, Hakim
Fakhir, Bagus
Falih, Lurus
Fallah, Kemenangan
Farhan, Kesenangan / kebahagiaan
Fari', Perawakan tinggi
Farid, satu-satunya, tiada bandingnya
Faris, Pemburu
Farras, Cerdas
Farruq, Yang membedakan antara hak dan batil
Fathin, Cerdas
Fatih, Penakluk
Fauzan, Keberuntungan
Fawa, Kemenangan / Keberhasilan
Fuad, Hati
Ghali/Ghaly, Mahal / Berharga
Ghalib, yang menang
Habib, Yang terkasih
Hadi, Yang menunjukkan
Hadzal, Yang berjalan dgn cepat
Hafizh, Penghafal
Haidar, Pemberani
Hajid, Orang yang bertahajjud
Hakam, Hakim yang bijaksana
Halim, Lembut dan sabar
Hamdan, yang banyak pujian
Hamid, yang bersyukur
Hammad, yang banyak bersyukur
Hanif, yang lurus dalam beragama
Harun, Nama Nabi
Hasan, Baik
Hasib, Bangsawan
Hasyid, Orang yg selalu siap
Hasyim, Yang memecahkan perkara
Hatim, Mengadili
Hazim, berkemauan keras
Hibban, yang dikasihi
Hilal, Bulan Sabit
Hilmy, Penyabar/Pemurah
Hisyam, Kebaikan
Hud, Nama Nabi
Humam, Pemberani
Husain, sangat baik
Husam, Pedang yang tajam
Huwaidi, Yang mempunyai Sifat menakjubkan
Ibrahim, Nama Nabi
Imam, Teladan / Pemimpin
Isa, Nama Nabi
Ismail, Nama Nabi
Jalal, Orang besar yang dihormati
Jalil, Memiliki kekuasaan yang besar
Jamal, Keindahan
Jamaluddin, Keindahan agama
Jamil, yang baik
Jauhar, Permata
Jibran, Perintah
Jihad, Perjuangan
Kaisan, Cerdas
Kamal, Kesempurnaan / kelengkapan
Kamil, yang sempurna / lengkap
Karom, Kehormatan / Kemuliaan
Karim, yang terhormat
Kasib, Orang yang beruntung
Katib, Penulis
Khairi, Kebaikan
Khairullah, kebaikan Allah
Khalid, Kekal / Abadi
Khalifah, Pemimpin
Khalil, Teman karib
Khalish, Murni, bersih
Khatib, orang yang menyampaikan Khutbah
Luqman, Jalan terang
Lutfhi, Kehalusanku, kelembutanku
Mabruk, diberkahi
Mahbub, yang dicintai
Mahdy, yang mendapat hidayah
Mahfuzh, yang dijaga, dipelihara
Mahir, pandai
Mahmud, yang terpuji
Majid, yang baik
Malik, Raja / Yang memiliki
Maqbul, Diterima
Marjan, Batu Mutiara
Marzuq, yang memperoleh Rizky
Mas'ud, yang dianugerahi kebahagiaan
Masyurm Terkenal
Mathar, Hujan
Mauhub, yang dianugerahi
Miqdad, Orang yang mencegah kemungkaran
Mu'adz, Nama sahabat
Mubarak, Yang diberkahi
Muhajir, Orang yang berhijrah
Muhammad, Nama Nabi
Muhsin, yang berbuat baik
Mujahid, Pjuang
Mukhtar, Pilihan
Mukmin, Orang yang beriman
Mumtaz, Istimewa
Munir, bercahaya
Murad, Maksud
Mursyid, Penunjuk jalan
Mushlih, orang yang melakukan perbaikan
Muslim, orang Islam
Musthafa, Pilihan
Nabil, Terhormat
Nafal, Pemberian
Nafis, berharga
Najib, Mulia
Nashir, Yang menolong
Nasrullah, Pertolongan Allah
Naufal, Pemberian
Nayif, tinggi
Nazhim, Pengarang Puisi
Nazhir, yang memberi peringatan
Nibras, Pemberani
Nu'man, Yang memiliki kenikmatan
Nuh, Nama Nabi
Nuruddin, Cahaya Agama
Nuzhmi, jamaah, golongan
Qashid, yang menuju pada kemudahan
Qasim, yang membagi
Gatadah, Nama sahabat
Ra'if, sangat penyayang
Ra'uf, memiliki banyak kasih sayang
Rabbah, yang sangat beruntung
Rafi', Kedudukan yang tinggi & mulia
Raihan, Rizky
Rajab, Bulan Rajab
Ramadhan, Bulan Ramadhan
Ramiz, Yang merumuskan
Ramy, Bintang
Ramzi, Rumus
Ramzy, yang dapat disimbolkan
Rasul, Utusan
Rasyad, Petunjuk / Istiqamah
Rasyid, Petunjuk
Rasyiq, Tangkas, Gesit
Ratib, yang tetap
Ridhwan, Kepuasan, menerima
Riyadh, Taman
Rusydi, Petunjuk
Sa'id, Senang / Bahagia
Safar, berpergian
Sahir, yang berjaga diwaktu malam
Saif, pedang
Sajid, orang yang sujud kepada Allah
Salam / Salim, Selamat
Salman, nama sahabat
Sami, Luhur / Tinggi
Samir, Siang dan Malam
Sayyid, Pemuka / Pemimpin
Shabir / Shabri, Yang sabar / kesabaran
Shadiq, teman
Shafy, sahabat karib
Shahib, sahabat
Shamid, teguh / tegar
Shiddiq, yang jujur
Sidqi, kejujuran
Siraj, lentera / Lampu
Su'ud, keberuntungan
Sulaiman, nama Nabi
Sulthan, Kekuasaan
Sya'ban, Bulan Sya'ban
Syaddad, yang kuat
Syafi, yang menyembuhkan
Syafi', penolong / perantara
Syahid, orang yg meninggal fi sabilillah
Syakir, yang bersyukur
Syarif, yang mulia
Tamim, sempurna keadaannya
Tamir, banyak rizki dan kebaikan
Tamman, sempurna
Taufiq, petunjuk
Thaha, Nama surat dalam Al Qur'an
Thariq, Jalan
Thayyib, Baik
Tsani, yang kedua
Tsaqif, yang pandai
Umar, Nama Khalifah yang kedua
Umran, Kemakmuran
Utsman, Nama Khalifah ketiga
Wadud, yang dicintai
Wafi, yang melaksanakan / yang memenuhi (janji)
Wahid, satu-satunya
Wali, yang mencintai
Walid, yang dilahirkan
Washil, yang menghubungkan
Wasim, yang berwajah bagus
Ya'qub, Nama Nabi
Yafi, Lincah
Yahya, Nama Nabi
Yasir, Mudah / gampang
Yazid, lebih
Yunus, Nama Nabi
Yusuf, Nama Nabi
Zaghlul, cepat & ringan
Zahran, berkilau
Zahy, Wajah yang Elok
Zaky, Suci
Zakariya, Nama Nabi
Zhafar, kemenangan
Zhafir, yang menang / yang beruntung
Zhahir, yang tampak, yang nyata
Zuhair, bersinar
NAMA-NAMA BAYI PEREMPUAN
A'idah, Anugrah
Adzra', Perawan
Afifah, yang menjaga kesucian diri
Aisyah, Istri nabi
Aliyah, tinggi
Alya', langit
Aminah, yang terpercaya
Amirah, Pemimpin
Anisah, gadis perawan / lemah lembut
Aqilah, Terhormat, pandai
Arij, Harum
Asahy, warna-warni
Ashimah, yang menjaga
Asilah, yang berbuat baik
Asma, Unggul
Athifah, kasing sayang
Athirah, yang harum
Atikah, jernih
Atiqah, cantik
Azhar, Bunga2
Azizah, yang mulia
Badriyyah, malam rembulan
Balqis, Ratu negeri saba'
Basamah, tersenyum
Basimah, yang tersenyum
Dalilah, bukti
Daliyah, yang menunjukkan
Danah, Batu mulia
Dananir, Dinar
Daulah, Negara
Dunya, Dunia
Dien, agama
Dhaifa, tamu
Dhafiyah, mewah
Dinah, taat
Diyanah, Agama
Durah, mutiara
Dzahabiyyah, yang memiliki sifat emas
Dzakirah, yang berzikir
Dzakiyyah, cerdas
Dzikra, peringatan
Fa'izah, yang beruntung
Fadhilah, keistimewaan
Fadiyah, yang terlindungi
Faidah, Manfaat
Fairuz, Batu mulia
Farah, senang
Farhah, keceriaan
Faridah, tiada bandingnya
Fathimah, Putri Nabi
Fathinah, cerdas
Fathiyyah, Kemenangan
Fatin, yang menakjubkan
Fauziyyah,yang beruntung
Fikriyyah, berfikir
Firdaus, taman surga
Gaitsa', awan turunnya hujan
Ghaniyyah, wanita kaya
Ghaniyah, wanita penyenandung
Ghazalah, matahari terbit
Habibah, yang tercinta
Hadiyah, hadiah
Hafizhah, pemelihara
Hajar, Istri nabi Ibrahim AS
Hajir, yang berhijrah
Hajirah, yang berhijrah
Hakimah, yang bijaksana
Halimah, yang lebih, sabar
Hamamah, merpati
Hamidah, Yang memuji
Hana', suka cita
Hanan, Kasih sayang
Hamsah, suara pelan
Hanin, kasih sayang
Haniyah, lemah lembut
Hasanah, kebaikan
Hasibah, keturunan terpandang
Hasna', kebaikan, cantik
Hasyimiyyah, yang mulia
Haura', putih kulitnya
Haya, Puteri
Hazimah, keteguhan hati
Husna, kelembutan
Husniyah, yang baik
Hiwaidah, yang menakjubkan, kelembutan
Inas, baik hati
Inayah, tuntunan
Izah, kemuliaan
Ja'izah, hadiah
Jahra', memiliki pipi yang indah
Jaida', kebaikan
Jalilah, terhormat
Jamilah, yang indah
Jauzah, bintang
Jawahir, permata
Jihan, menjadikan terhormat
Juwairiyyah, istri nabi
Kadziyah, bunga yang harum
Kaltsum, cantik
Kamilah, sempurna
Karamah, kemuliaan
Karimah, Mulia
Kautsar, telaga surga
Kazhimah, sanggup menahan amarah
Khadijah, istri nabi
Khairiyah, baik
Khalishah, murni
Khaznah, harta yang disimpan
Labibah, cerdas
Lahfah, kerinduan
Laila, malam gelap
Luthfiyyah, halus
Mahabbah, kecintaan
Mahdiyyah, yang mendapat hidayah
Mahirah, pandai
Maimunah, yang beruntung
Mariyah, wajah yang berseri-seri
Marjanah, sebutir mutiara
Marmarah, baru marmer
Maryam, ibu Nabi Isa
Masarrah, kegembiraan
Mauhibah, anugrah
Mawaddah, kasih sayang
Mubarakah, diberkahi
Mufidah, yang berfaidah
Muhdiyah, yang menunjukkan
Mujahidah, pejuang
Mukminah, yang beriman
Munirah, yang terang
Murada, yang dicintai
Na'ilah, karunia
Nabilah, mulia
Nada, menyeru
Nadiyah, yang menyeru
Nafi'ah, bermanfaat
Nafisah, kaya raya
Nagmah, suara merdu
Najah, sukses
Nadjah, keberanian
Najiyah, selamat
Najlah', yang lebar matanya
Najmah, bintang
Najwa, rahasia
Nasamah, pembebasan
Nashirah, mendapat pertolongan dan menang
Nazhimah, kumpulan mutiara
Nazihah, terhindar dari hal-hal buruk
Nihayah, penutur
Nujud, cerdik
Nur, Cahaya
Nuwayyar, yang bercahaya
Qamariyyah, Nama bunga
Qasimah, cantik
Qiladah, kalung
Qismah, bagian
Ra'idah, pemandu
Rafi'ah, yang tinggi
Rafidah, yang diberi pertolongan
Rafiqah, Istri
Raghdah, damai
Rahaf, halus
Rahimah, penyayang
Rahmah, rahmat
Raihanah, wanita yang baik jiwanya
Raim, bukit
Raima, selama
Rajwa, permohonan
Raniyah, yang memandang dengan terpesona
Rasikhah, tegar, kuat
Rasyidah, yang matang fikirannya
Raudhah, taman
Rifqah, himpunan
Sa'adah, kebahagiaan
Sa'idah, yang senang
Sahilah, yang sangat mudah
Sahirah, rembulan
Sajidah, yang banyak bersujud
Sakinah, tenang
Salimah, selamat
Sallamah, yang menyelamatkan
Salma, selamat
Salsabil, mata air surga
Salwa, nama burung, madu
Samar, sinar rembulan
Samirah, siang dan malam
Samiyah, luhur
Samra', warna coklat
Sarah, Istri nabi Ibrahim
Sayyidah, Nyonya
Shabah, waktu pagi
Shabihah, wajah yang berseri-seri
Shada, gema
Shadiqah, yang jujur
Shafa, kejernihan
Shalihah, wanita yang shaleh
Shiba, kerinduan
Suhailah, mudah
Sulthanah, pemimpin wanita
Syarifah, yang mulia
Syukriyyah, kesyukuran
Tahani, selamat
Tamimah, perlindungan
Thallah, cantik
Thayyibah, yang baik
Tsamirah, yang berbuah
Tumamah, kesempurnaan
Ulfah, ramah tmah
Ulya, yang luhu
Umu Kultsum, Nama Puteri Nabi
Unsyudah, syair yang berkumandang
Wahidah, satu-satunya
Waliyah, yang mencitai
Wardah, bunga mawar
Wasimah, Berwajah cantik
Yamamah, merpati
Yasamin/yasaminah, Bunga melati
Zahirah, bercahaya
Zahrah, bunga
Zahwah, membanggakan
Zainab, istri nabi
Zainah, yang indah
Zakiyah, Suci
Zhafirah, yang beruntung
Zhahirah, penolong