Di zaman sekarang ini banyak sekali kasus yang di hadapi para remaja,
mulai dari masalah tentang problema hidup hingga masalah cinta.
Berbicara tentang cinta,
Remaja adalah kalangan yang rawan terkena masalah itu karena pada
seumuran mereka merupakan awal dari masa puberlitas, sudah mulai timbul
perasaan-peasaan yang agak lain terhadap lawan jenis.
Pada saat ini banyak sekali di temui masalah-masalah di hadapi remaja
yang di timbulkan tentang cinta. Seakan nmasalah tersebut mampu
menghipnotis pikiran pikiran remaja hingga mereka melakukan hal-hal yang
tak seharusnya di lakukan.
Biasanya remaja yang terjebak dalam situasi ini sering sekali gelap
mata dengan mengikuti semua perintah pasangannya walaupun hatinya
menentang malah terkadang mereka menganggap bahwa pasangannya adalah hal
yang paling penting dari pada apapun. Akibat cinta berlebihan seseorang
dapat kehilangan pikirannya, padahal pengertian cinta itu sendiri
adalah menyayangi seseorang dengan cakupan tertentu. Hanya saja karna
terbawa perasaan banyak remaja khususnya seusia belasan yang salah
mengartikan cinta.
Menurut Dra. Devi damayanti dalam artikelnya
Seseorang yang jatuh cinta secara berlebihan akan menghasilkan chemistry
yang berlebihan pula. Karena cara kerjanya mirip drugs, seseorang yang
jatuh cinta secara berlebihan mirip seperti pecandu berat. Ketika itu
akan terjadi euphoria berlebihan yang membuat dunia menjadi begitu indah
dan menyenangkan. Ketika itu pula ia akan berada pada titik di dekat
puncak emosi dimana pertimbangan logika rasionalnya hampir tiada.
Pada kondisi seperti itu sebenarnya ia berada dalam bahaya dan rentan
resiko. Jika tiba-tiba timbul masalah dalam kisah cintanya dan akhirnya
harus “putus” maka ia benar-benar seperti pecandu berat yang dipaksa
berhenti mengkonsumsi drugs. Rasanya akan sangat menyakitkan. Tingkat
penderitaannya akan berkorelasi dengan seberapa dalam tingkat
kecanduannya dalam bercinta. Pada pecandu drugs akut resiko paling
ekstrim adalah kematian. Begitu pula dengan pecinta akut, kematian
adalah hal yang sangat mungkin terjadi. Banyaknya berita bunuh diri
akibat “putus” cinta membuktikan hal itu.
Memang putus cinta sangat berat dan menyakitkan bagi orang yang pernah
merasakan, tetapi kita sebagai manusia harus selalu tegar dan sabar
dalam menghadapi segala macam cobaan kehidupan. Hali ini bisa kita
lakukan ketika kita selalu menyadari bahwa kehidupan tak selamanya sedih
dan tak selamanya pula bahagia. Kebahagiaan dan kesedihan menjadi dua
rasa yang tak pernah akan hilang dari kehidupan dan akan selalu mewarnai
kehidupan ini.
Orang yang sedang mengalami putus cinta biasanya mengalami depresi,
lebih mudah emosi, cenderung tak semangat melakukan aktifitas
sebagaimana biasanya. Hal ini memang wajar terjadi pada orang yang
mengalaminya. Namun, akan menjadi tak wajar ketika sampai depresi yang
berlebihan, karena akan sangat merugikan bagi dirinya.
Untuk mengantisipasi terjadinya depresi yang berlebihan ketika putus
cinta, maka sejak orang menjalin cinta dengan orang lain harus
menyiapakan mental untuk siap bahagia ketika tetap bisa bersatu dan siap
juga sedih tatkala mereka harus berpisah/putus. Karena di dunia ini tak
ada yang abadi, semuanya fana (musnah), dan yang kekal hanya Allah swt.
Rumus yang perlu kita pakai untuk mencintai dan membenci orang lain
adalah dengan rumus mencintai dan membenci seseorang dengan tidak
berlebihan, kenapa demikian? Segala sesuatu yang berlebihan tak baik
dalam segala hal, yang dalam istilah arabnya sering disebut dengan al
isrâf (berlebihan), berlebihan dalam mencintai suatu hal akan menjadikan
dia seperti orang sedang mabuk, sehingga dikhawatirkan akan melakukan
segala macam cara untuk mendapatkan cintanya tanpa memperdulikan cara
yang yang dipakai adalah cara yang baik ataupun buruk. Di samping itu
juga efeknya akan lebih berat manakala kita kehilangan sesuatu yang kita
cintai dengan berlebihan.
Begitu juga ketika kita membenci seseorang, seyogyanya kita tak
berlebihan, karena boleh jadi apa yang kita benci saat ini ternyata
suatu saat baik bagi kita. Maka dalam sebuah pepatah disebutkan”
cintailah kekasihmu dengan secukupnya dan bencilah sesuatu yang kamu
benci dengan sewajarnya”. Pepatah ini mengingatkan kita untuk
berhati-hati ketika mencintai dan membenci suatu hal, agar kita tak
terjerumus pada efek yang negatif yang akan menimpa kita.
Allah swt juga mengajarkan pada kita semua untuk berhati-hati dalam
mencintai dan membenci sesuatu, sebagaimana yang ada dalam Al-Qur’an,
surat Al Baqoroh, disebutkan dalam penggalan ayat 216 yang artinya
” Boleh jadi apa yang kamu benci ternyata ia baik bagi kamu dan boleh
jadi apa yang kamu cintai ternyata ia jelek bagi kamu, dan Allah
mengetahui apa yang kamu semua tidak tahu.”
Selain dari apa yang sudah saya sebutkan di atas, orang yang mengalami
putus cinta semestinya tetap tegar dan sabar serta tetap berusaha
mengisi waktunya dengan kesibukan-kesibukan. Orang yang cenderung
bermalas-malasan karena sedang dilanda hali ini, maka ia akan semakin
stres. Yang tak kalah penting juga meminta nasehat dari orang tua,
keluarga atau siapa saja yang sekiranya bisa memberikan kontribusi
dengan bijaksana dalam masalah ini.
Hiburlah perasaan kamu sendiri dengan penuh percaya diri
” dengan mengatakan masih ada hari esok dan masih ada cinta yang lebih indah yang akan datang menjemputku dan menemaniku”
Serta terus mendekatkan diri pada Yang Maha kuasa agar mendapatkan
petunjuk dan pertolongan dari-Nya. Pentingnya semakin mendekatkan diri
pada Allah di saat seperti ini bisa menyelamatkan kita semua dari
bisikan-bisikan syetan yang akan menjerumuskan kita pada hal-hal yang
negatif. Sehingga dalam fenomena banyak orang yang sampai bunuh diri,
menjadi pelacur, menjadi pecandu narkoba, karena masalah putus cinta.
Hal semacam ini sangat tidak baik, makanya perlu adanya keseimbangan
antara logika dan spiritual pada setiap orang dalam menghadapi segala
problematika kehidupan, adakalanya problem bisa diselesaikan cukup
dengan rasio (akal), tetapi dalam kesempatan lain kadang akal tidak
cukup untuk menyelesaikan problem yang dihadapinya, di sini peran
pentingnya kekuatan spiritual yang menunjukkan adanya hubungan antara
manusia dengan Tuhannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar