Kata Habib secara bahasa merupakan wazan
fa’il dengan makna muhibbun artinya orang yang mencintai, dan bisa juga
mahbubun yang berarti orang yang dicintai. Di Indonesia, kata Habib ini
digunakan untuk panggilan kepada itroturrasul saw atau anak cucu
keturunan Rasulullah saw. Tersebut dalam Kitab Syarah ‘Uqudullujjain fi
bayani huquqizzaujain, karya Syeikh Annawawiy AlBantani, sebagai berikut
:
Menurut
istilah sebagian orang, bahwa anak cucu Rasulullah saw apabila
laki-laki disebut Habib, dan jika wanita disebut Habbabah. Sedangkan
istilah kebanyakan orang adalah Sayyid dan Sayyidah.
Sudah barang tentu leluhur para Habaib
datang ke berbagai penjuru dunia, termasuk juga ke Indonesia, adalah
untuk nasyrud da’wah, menyiarkan dakwah. Hal tersebut dapat diketahui
dari tarikh masuknya Islam ke berbagai negara di dunia ini, bukan hanya
Indonesia.
Habaib yang berada di Indonesia ini,
terutama yang kami ketahui di Jabodetabek dan tanah jawa, tiap pribadi
mereka mempunyai silsilah keturunan dari : Sayyidina Alfaqihul Muqaddam
ra., dari Sayyidina Ahmad Almuhajir ra., dari Sayyidina Ja’far Asshadiq
ra., dari Sayyidina Muhammad Al-Baqir ra., dari Sayyidina Ali Zainal
’Abidin ra., dari Sayyidinal Husain ra. dari Sayyidina Ali bin Abi
Thalib Karromallahu wajhahu dan Sayyidatina Fathimatuzzhra ra., dari
junjungan kita Rasulullah saw.
Dewasa ini, para Habaib di Indonesia
sudah menjadi warga negara Republik Indonesia, karena mereka telah
turun-temurun tinggal di tanah air. Dan mereka juga telah membaur dengan
kebudayaan setempat.
Karena demikian membaurnya, terkadang
tidak jarang identitas mereka sebagai keturunan Rasulullah saw tidak
dikenal khalayak umum lagi. Hal ini terjadi karena sifat tawadhu yang
ada pada dzurriyaturrasul saw ini yang tidak mau menonjolkan dirinya dan
tidak mau mencari ketenaran yang tidak diperlukan oleh agama.
Selain
kata Habib, ada istilah lainnya yang biasa digunakan untuk panggilan
kepada anak cucu Rasulullah saw ini. Misalnya kata Sayyid, Sayyidah,
Syarief, dan Syarifah. Bahkan ada panggilan keakraban yang ambil dari
penggalan kata tersebut, seperti Ayip yang disingkat dari Syarief. Atau
Ipah dari kata Syarifah. Atau di Tb dari Tubagus yang diambil dari kata
Thoyyib yang berarti baik. Istilah Tb ini biasanya untuk anak cucu
keturunan Sulthan Hasanuddin Banten yang juga merupakan keturunan
Rasululllah saw.
Alasan mencintai Habaib
Untuk lebih mencintai para Habaib ini, mari kita menelaah firman Allah swt. dalam suratus Syuraa ayat 23, sebagai berikut :
Katakanlah olehmu. Aku tidak minta upah kepadamu dalam menyampaikan risalah ini. Hanya kecintaan kepada kaum kerabatku.
Keterangannya termaktub dalam Tafsirul
Munir li ma’alimit tanzil, karya Syekh Nawawi Al bantani, juz ke Il
halaman 269, sebagai berikut:
Katakanlah olehmu : Aku tidak minta kepadamu upah karenanya, kecuali cinta terhadap para keluarga.
Artinya . Katakanlah olehmu wahai
semulia-mulia makhluk, kepada ahli Makkah Aku tidak minta kepadamu upah
sekali-kali atas menyampaikan khabar gembira dan ancaman, tetapi minta
kepadamu kecintaan yang menetap pada ahli kerabat. Dan menyintai
keluarga Nabi Muhammad itu wajib. Telah berkata Imam Syafi’i ra. Wahai
pengendara, berhentilah engkau di tempat melontar Jamroh di Mina.
Dan teriakkanlah terhadap orang yang
mendiami masjid Khaif dan yang bangkit daripadanya diwaktu dinihari bila
melirnpah Jama’ah Haji ke Mina, laksana limpahan air tawar yang
melimpah. Jika yang disebut haluan Rafidhi itu, cinta kepada keluarga
Nabi Muhammad. Maka hendaklah jin dan manusia menyaksikan, sesungguhnya
aku ini Rafidhi.
Rafidhi adalah satu kelompok daripada Ash-habussyi’ah.
Rafidhi adalah satu kelompok daripada Ash-habussyi’ah.
Tersebut pula, dalam Taajuttafsir li
kalaami MalikiI Kabir, karya Sayyid Muhammad Utsman Almirghani juz
II, Katakanlah terhadap mereka wahai Nabi yang Mulia. Aku tidak meminta
kepadamu, (aku tidak menuntut kepadamu, karena menyampaikan risalah dan
keikhlasanku sebagai petunjukku bagimu), akan upah (manfaat daripadamu)
kecuali kecintaan (ada dibaca mawaddatan) pada para kerabat (Dan
bahwasannya kamu sayangi dan cintai kerabatku karena aku).
Dan tatkala turun ayat ini, Beliau
ditanya orang : “Ya Rasulullah, siapakah kerabat Tuanku?” Beliau
menjawab :”Ali, Fathimah dan anak keduanya.”
Ahlu bait mempunyai keutamaan, di mana
selayaknya kita memuliakan mereka. Yang dikehendaki ahli bait di sini
adalah mereka yang diharamkan menerima shadaqah wajib. Dan mereka itu
menurut Imam kita Syafi’i ra. adalah orang-orang mukmin laki-laki dan
perempuan dari Bani Hasyim dan Bani Muththalib.
Perhatikanlah firman Allah swt pada suratul Ahzaab ayat 33, sebagai berikut:
Hanyasanya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kamu wahai ahli bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
Hanyasanya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kamu wahai ahli bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. dari Abi Bakr Ash-shiddiq ra. yang mauquf atasnya:
Indahkanlah Nabi Muhammad saw dalam ahli rumahnya. (HR. Albukhari).
Indahkanlah Nabi Muhammad saw dalam ahli rumahnya. (HR. Albukhari).
Menurut An Nawawi dalam Riyadlush Shalihin :
Makna Indahkanlah adalah peliharalah, hormatilah, dan muliakanlah dia.
Makna Indahkanlah adalah peliharalah, hormatilah, dan muliakanlah dia.
Mengenai apakah Habib itu diharamkan masuk neraka, dan pasti masuk surga adalah suatu hal yang amat wajar.
Menurut apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw.:
Karena sesungguhnya Allah mengharamkan neraka atas orang yang mengucapkan Laailaha illallah, yang dikehendakinya dengan kata-kata itu adalah ridhanya Allah swt.
Karena sesungguhnya Allah mengharamkan neraka atas orang yang mengucapkan Laailaha illallah, yang dikehendakinya dengan kata-kata itu adalah ridhanya Allah swt.
Seorang
Habib, adalah anggota keluarga Rasulullah saw. yang patuh dan mengikuti
perilaku Rasulullah saw. Menjalankan perintah, menjauhi larangan,
melazimkan sunnah, memberikan contoh-contoh yang baik sesuai dengan
agama Allah, ikhlas, zuhud, wara’ dan Tawakkal, sesuai dengan janji
Allah bahwa mereka inilah penghuni-penghuni surga dan jauh dari api
neraka. Seorang yang dianggap keluarga Rasulullah saw. adalah mereka
yang Taqwa.
Terbukti Abu Lahab, karena dia tidak
beriman, penghalang besar atas perjuangan Rasulullah saw, walaupun paman
beliau sendiri, tetapi bukanlah keluarga dan bukanlah Habib.
Perhatikanlah firman Allah swt. dalam Surat Hud ayat 45 – 46, sebagai berikut :
Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata :”Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah yang paling adil di antara semua Hakim”. Allah berfirman : “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya merupakan perbuatan yang tidak baik.”
Perhatikanlah firman Allah swt. dalam Surat Hud ayat 45 – 46, sebagai berikut :
Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata :”Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah yang paling adil di antara semua Hakim”. Allah berfirman : “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya merupakan perbuatan yang tidak baik.”