Mendapatkan cinta Allah adalah keinginan semua hamba yang ingin
mendekatkan diri kepada-Nya. Namun, mana mungkin kita mendapatkan cinta
Allah bila kita membuat-Nya murka? Untuk itu, tentunya kita perlu
mengetahui hal-hal apa saja yang membuat Allah murka. Berikut adalah
sejumlah perbuatan yang dimurkai Allah.
1. Terlalu Mementingkan Dunia
Dalam QS (14:2-3) disebutkan :
“...
Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat
pedih, (yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada
kehidupan akhirat...”
Dari ayat tersebut, nampak terlalu
mementingkan dunia adalah salah satu perbuatan yang dibenci Allah.
Mengapa demikian? Karena ketika seseorang lebih mencintai dunia
daripada akhirat, ia akan cenderung menghalalkan segala cara untuk
mencapai tujuannya.
Yang patut diwaspadai, seringkali
kita tidak sadar bahwa kita lebih mencintai dunia daripada akhirat.
Misalnya saja, sudah waktunya shalat fardhu namun karena sedang asyik
menonton acara TV, kita memutuskan untuk menunda shalat. Hal ini
sepertinya biasa saja, namun berhati-hatilah karena bisa jadi ini
merupakan salah satu tanda bahwa kecintaan kita pada dunia telah
menjadi dominan.
Walau Allah melarang kita terlalu
mementingkan dunia, namun ini tidak berarti kita harus hidup sengsara
di dunia. Dikisahkan suatu hari Rasulullah bertemu dengan salah satu
sahabatnya yang hidup sangat sengsara. Rasul kemudian bertanya, mengapa
sahabat tersebut hidup sangat menderita. Dengan bangga sahabat
tersebut berkata bahwa ia memang memohon agar Allah memberi dia
kesengsaraan di dunia agar dapat memperoleh kebahagiaan di akhirat.
Rasul kemudian mengajarkan pada sahabat tersebut doa yang lebih baik,
yakni doa memohon kebahagiaan dunia dan akhirat seperti yang tertera
dalam QS 2:201 :
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"
Allah
tidak melarang kita berikhtiar untuk memperoleh kekayaan, ilmu, maupun
hal-hal duniawi lainnya bahkan Allah menyemangati kita agar berusaha
mencari bagian kita di dunia seperti yang disebutkan dalam QS 28:77 :
“Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.”
Jadi tidak benar bila ada
anggapan untuk menjadi orang sholeh kita harus hidup serba kekurangan.
Bahkan sejumlah perintah agama seperti perintah berzakat, bershodaqoh
dan naik haji pun mengisyaratkan agar umat Islam memiliki kemampuan
finansial yang baik. Yang harus kita perhatikan adalah keseimbangan
dalam hidup serta mempergunakan apapun yang kita miliki di jalan yang
diridhoi Allah.
2. Berburuk Sangka pada Allah
Siapa
sih di dunia ini yang tidak pernah kecewa? Di antara sekian banyak
kejadian yang Allah takdirkan pada kita, sangat mungkin ada yang terasa
begitu berat hingga membuat kita bertanya mengapa Allah membiarkan hal
itu terjadi. Kalau tidak berhati-hati, prasangka buruk pada Allah bisa
membuat kita kufur pada nikmat Allah yang lain dan Allah melarang kita
berbuat seperti itu :
“dan supaya Dia mengazab
orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik
laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap
Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan
Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka
Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali.”
(QS 48:6)
Jangankan untuk berburuk sangka pada Allah,
menyesali keputusan yang telah diambil pun kita dilarang melakukannya.
Misalnya saja, untuk sampai ke kampus kita bisa mengambil jalan A atau
jalan B. Kemudian kita memilih mengambil jalan A dan ternyata kita
mengalami kecelakaan. Nah, kita tidak boleh mengatakan “Aduh, coba tadi
lewat jalan B yah...”. Perkataan seperti itu seakan-akan kita menyesali
apa yang sudah Allah gariskan pada kita.
Allah menyuruh
kita untuk berikhtiar maksimal dan menyerahkan hasilnya pada Allah.
Jadi, berusahalah dengan sepenuh kemampuan lalu berdoa. Soal hasil,
biarlah itu menjadi keputusan Allah. Siapa tahu kejadian yang kita
anggap buruk itu sebetulnya akan membawa kebaikan di masa yang akan
datang.
“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia
amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal
ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
(QS 2:216)
Apapun yang terjadi pada kita, berusahalah
untuk mencari hikmah dari segala kejadian. Kalaupun hikmah itu belum
terlihat, toh minimal kita mendapat ilmu baru dari kejadian yang
terjadi agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
3. Berpaling dari Ajaran Allah karena Sombong
Tidak
jarang orang yang tidak mengikuti ajaran Allah bukan karena dia tidak
tahu kebenaran, tapi karena ia terlalu sombong untuk patuh. Ini yang
terjadi pada Firaun. Ia bukannya tidak tahu bahwa ajaran Nabi Musa itu
benar. Namun karena keangkuhannya, ia tidak mau menuruti ajaran mantan
anak angkatnya itu.
“Dan apabila dibacakan kepadanya
ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia
belum mendengarnya, seakan- akan ada sumbat di kedua telinganya; maka
beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.” (QS 31:7)
Memang,
kalau kita dinasehati orang yang kita anggap lebih “rendah” – entah
itu dari usia, pengalaman atau apapun – kita cenderung mengabaikan apa
yang dikatakannya. Apalagi kalau perkataannya itu bermaksud mengoreksi
perbuatan kita. Namun, dalam Islam diajarkan agar kita berusaha rendah
hati dan menerima ilmu kebaikan darimana pun ia berasal.
4. Mengolok-olok Orang yang Mengamalkan Agama
Di
awal tahun 80-an, saudari-saudari kita yang berkerudung banyak yang
diusir dari sekolahnya. Mereka tidak boleh masuk ke sekolah selama
masih menutup auratnya. Ketika itu memang pemahaman Islam belum
menyebar seluas sekarang. Jilbab masih dianggap pakaian kuno dan
sekadar mengikuti tradisi Arab. Pada dekade yang sama pun aktivitas
pengajian dianggap “kampungan” dan ketinggalan zaman. Alhamdulillah
pandangan semacam itu sudah semakin berkurang walau tidak menutup
kemungkinan masih ada yang berpikir demikian. Nah, Allah sangat murka
pada mereka yang mengolok-olok orang yang mengamalkan ajaran agama.
“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman.” (QS 83:29)
Di
sisi lain, kita juga disemangati agar tetap istiqomah di jalan Allah.
Jangan terlalu memikirkan pandangan orang lain. Asalkan kita yakin apa
yang dilakukan diridhoi Allah, ya jalan saja terus. Tapi kita juga
harus berhati-hati. Mengolok-olok orang yang mengamalkan ajaran agama
mungkin pernah kita lakukan tanpa sengaja. Misalnya saja, bergunjing
tentang orang yang berpoligami. Kalau kita memang belum sanggup untuk
berpoligami, ya sudah. Tapi itu tidak memberi kita hak untuk menghina
orang-orang yang melakukannya. Bisa jadi mereka justru berbahagia dan
lebih dekat dengan Allah dalam kondisi seperti itu.
Contoh
lain memperolok yang mungkin terjadi antara lain menghina orang-orang
yang menutup aurat namun tidak matching. Misalnya saja, kerudungnya
pink terang padahal bajunya berwarna kuning golkar. Nah, kita harus
berusaha menahan diri dari mengomentari secara negatif. Kita justru
harus menghargai itikad baik beliau untuk menutup auratnya. Intinya,
kita harus menghargai orang lain. Terutama bila mereka tengah
mengamalkan ajaran agamanya. Kalaupun kita merasa ada yang perlu
diluruskan, diskusikanlah baik-baik.
5. Berbuat Kerusakan
Kadang
ada orang yang sangat usil. Kalau berjalan dekat tanaman, daun-daunnya
ia cabuti. Kalau ada di dekat tembok, ia lalu meninggalkan cap sepatu
di sana. Kalau sedang ada di kendaraan, seenaknya saja membuang sampah
ke luar jendela. Sebagai muslim yang baik kita tidak boleh berbuat
kerusakan seperti itu.
“... dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS 28:77)
Ketika
mendengar kata “kerusakan”, yang dimaksud bukan saja kerusakan
lingkungan. Tapi juga kerusakan moral. Maka dari itu, kita harus
memperhatikan agar apa yang kita lakukan tidak berdampak dan menjadi
contoh buruk bagi yang lain. Misalnya saja kalau kita menjadi orang
tua. Berusahalah mengendalikan emosi agar anak tidak terdidik untuk
menyelesaikan masalah dengan emosi.
6. Berbuat Khianat Allah berfirman :
Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat. (QS Al Hajj:38)
Khianat
adalah lawan kata dari amanah yang berarti menutupi sesuatu.
Orang-orang yang berbuat khianat adalah mereka yang mengkhianati Allah
dan Rasul-Nya. Dalam konteks bersosialisasi pun, Allah memurkai orang
yang menyebarkan rahasia (kecuali yang dibenarkan misal di pengadilan),
tidak menepati janji, curang dalam perdagangan, melanggar kesepakatan
dan sejenisnya.
Sesungguhnya tiap perkataan dan perbuatan
akan dimintai pertanggungjawaban. Oleh karena itu, janganlah
menjanjikan sesuatu yang memang tidak bisa kita lakukan. Dalam
kehidupan sehari-hari saja, kalau kita sering ingkar pada janji, orang
akan kehilangan kepercayaan pada kita. Apalagi kalau kita berjanji pada
Allah. Kita harus teramat sangat bersungguh-sungguh. Bukankah dalam
sholat kita berikrar bahwa hidup dan mati kita hanyalah untuk Allah?
7. Berbuat Zhalim
Zhalim
adalah berbuat tidak proporsional. Entah itu pada diri sendiri, pada
orang lain atau dalam apapun yang kita lakukan. Kita harus bersikap
adil, pada orang yang kita benci sekalipun. Termasuk juga berbuat
zhalim bila kita menganiaya diri sendiri. Rokok misalnya. Sudah
jelas-jelas rokok merusak kesehatan. Maka bila kita merokok, itu
artinya kita sedang menzhalimi diri sendiri. Begitupula bila ada orang
yang patah hati sampai tidak mau makan dan minum. Itu juga termasuk
menzhalimi diri sendiri.
Selain definisi di atas, adapula
yang mengartikan kezhaliman adalah perbuatan syirik seperti yang
difirmankan Allah dalam QS Luqman : 13 Dan (ingatlah) ketika Luqman
berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Mereka
yang menyekutukan Allah adalah orang yang memalingkan diri dari
kebenaran ajaran Allah. Mereka tahu apa yang diperintahkan dan dilarang
Allah namun enggan mematuhinya.
8. Boros
Dalam QS (17:26-27) :
“...
dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan
syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”
Allah
tidak menyukai bila kita menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang
sebenarnya tidak perlu. Walau demikian, itu tidak berarti kita tidak
boleh memiliki apapun. Kita boleh mencari apa yang menjadi kebutuhan
kita, namun kita dilarang untuk berlebihan dalam segala sesuatu.
“Hai
anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS 7:31)
Sikap
boros yang dimurkai Allah bukan saja memboroskan harta, namun juga
memboroskan waktu, masa muda, dan lain sebagainya. Banyak sekali pencuri
waktu yang sering tidak kita sadari. Misalnya saja menonton TV atau
mengobrol tak karuan dengan teman. Usia adalah karunia Allah yang amat
mahal. Ketika seseorang tengah menanti ajal, barulah ia merasa betapa
cepatnya waktu berlalu. Kalau waktunya dihabiskan untuk hal yang
sia-sia, yang akan ada hanyalah penyesalan. Oleh karena itu, kita harus
senantiasa berusaha agar waktu yang kita miliki dihabiskan untuk
beribadah. Tentu yang dimaksud dengan beribadah di sini bukan sekadar
sholat, puasa dan zakat, tapi juga menuntut ilmu, mencari nafkah dan
sebagainya.
9. Bersikap Angkuh
Sifat
asli manusia itu ada beberapa, antara lain: suka berkeluh kesah, mudah
putus asa, kikir dan angkuh. Justru karena itu adalah bawaan kita yang
natural, maka Allah memberi penghargaan yang tinggi bagi mereka yang
berhasil menundukkan sifat-sifat tersebut.
“…dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS
31:18)
Angkuh, membuat orang menjadi lengah. Bukankah kita
lebih sering terjerembab karena hal-hal yang tidak terduga? Kalau kita
sudah menduganya, tentu kita sudah mengambil langkah-langkah
preventif. Begitu pula dalam hidup. Kalau kita angkuh dan merasa amalan
kita sudah banyak, maka kita cenderung menganggap neraka sangat jauh
dan sok yakin masuk surga. Sifat angkuh juga membuat kita mengabaikan
peringatan orang dan enggan menerima masukan. Karakteristik seperti itu
bisa membuat kita perlahan terjerumus.
Angkuh yang
dimurkai Allah bukan hanya angkuh tentang ibadah, tapi juga dalam
kehidupan sehari-hari. Kita harus senantiasa menghargai orang lain
karena pada dasarnya kita tidak tahu bagaimana potensi orang tersebut.
Bisa saja penampilannya sangat sederhana namun ia memiliki kemampuan
yang hebat, atau ia sangat dekat dengan Allah. Oleh karena itu, Islam
mengajarkan pada kita untuk bersikap ramah pada orang dan menjauhi
sifat angkuh.
Penutup
Di atas
telah dijelaskan sejumlah perbuatan yang dimurkai Allah. Apakah ada di
antaranya yang masih sering kita lakukan? Yang pasti, Allah tetap
membuka pintu taubatnya selama kita masih bernyawa. Semoga Allah
menjauhkan kita dari perbuatan-perbuatan yang dimurkai-Nya. Amiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar